Human Body But Donkey-Headed

We may be upset,
When someone makes a mistake on us.
Erroneous,
It is humane.
But it is not human,
When someone persists,
And repeatedly continue to make the same mistakes.
One can also act negligently at a time.
We too, have also been wrong,
Similarly, we have been negligent.
Everyone has been negligent and wrong.
However,
Not many of them want to understand,
That heavy negligence is the same degree of intent.
Everyone can do wrong,
But what does everyone have the right to do wrong?
Especially sheltered behind cliches,
That everyone can not be perfect, so can do wrong.
Why are we taking refuge and relying on our own imperfect state?
Should not we feel ashamed,
For not striving to perfection?
Who says humans do not have potential seeds of perfection.
Prince Sidharta Gaotama has developed mental seeds to the full extent,
No more neglect or defilement on a Buddha.
As long as we are still proud of the imperfect mental state,
Never will we achieve perfection.
Fighting toward perfection alone, never will.
We never have the right to prosecute others to understand ourselves,
Moreover forgive us,
As long as we ourselves never want to fight to erode our defilements to be able to realize towards mental perfection.
We alone are responsible for the defilements of ourselves.
Someone most annoying,
It is not they who have done wrong.
But those who have made mistakes,
But denying his own erroneous behavior,
In fact it keeps repeating the same mistakes,
Without ever wanting to learn from previous mistakes,
Even feel proud of his stupid attitude,
Moreover it felt entitled to patronize and complain against others.
Do not we often hear,
The proverb says,
A donkey,
Will never fall in the same hole, for the second time.
Human,
Sometimes, more dumb than a donkey.
The donkey never behaves like a smart animal and a genius.
More funny,
Humans are more stupid than a donkey's,
Feel proud and feel himself a wise person who is entitled to patronize and protest the character and nature of others.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita dapat saja menjadi kesal,
Ketika seseorang berbuat keliru terhadap kita.
Berbuat keliru,
Adalah hal yang manusiawi.
Namun bukanlah manusiawi,
Bila seseorang terus-menerus,
Dan secara berulang-ulang terus melakukan kesalahan yang sama.
Seseorang juga dapat saja bertindak lalai pada suatu waktu.
Kita pun pernah berbuat keliru,
Sama juga, kita pernah berbuat lalai.
Semua orang pernah lalai dan berbuat keliru.
Namun,
Tidak banyak diantara yang mau memahami,
Bahwa kelalaian berat sama derajatnya dengan kesengajaan.
Semua orang bisa berbuat salah,
Namun apakah artinya semua orang berhak berbuat keliru?
Terlebih berlindung dibalik alasan klise,
Bahwa semua orang bisa belum sempurna, sehingga dapat berbuat keliru.
Mengapa kita justru menjadi berlindung dan mengandalkan keadaan belum sempurna diri kita sendiri?
Bukankah kita semestinya merasa malu,
Karena tidak berjuang keras menuju kesempurnaan?
Siapa bilang manusia tidak punya potensi bibit kesempurnaan.
Pangeran Sidharta Gaotama telah mengembangkan benih mental hingga ke taraf sempurna,
Tiada lagi lalai ataupun kekotoran batin pada seorang Buddha.
Selama kita masih bangga akan keadaan mental yang belum sempurna,
Tidak akan pernah kita mencapai kesempurnaan.
Berjuang ke arah kesempurnaan saja, tidak akan pernah.
Kita tidak pernah berhak untuk menuntut orang lain agar memahami diri kita,
Terlebih memaafkan diri kita,
Sepanjang diri kita sendiri tidak pernah mau berjuang untuk mengikis kekotoran batin kita untuk dapat merealisasi ke arah kesempurnaan mental.
Kita sendiri yang harus bertanggung jawab atas kekotoran batin diri kita sendiri.
Seseorang yang paling menjengkelkan,
Bukanlah mereka yang pernah berbuat keliru.
Namun adalah mereka yang pernah membuat kekeliruan,
Tetapi mengingkari perilaku keliru dirinya sendiri,
Bahkan justru terus mengulangi kesalahan yang sama,
Tanpa pernah mau belajar dari kesalahan sebelumnya,
Bahkan merasa bangga atas sikap dungunya,
Terlebih lagi justru merasa berhak menggurui dan komplain terhadap orang lain.
Bukankah kita sering mendengar,
Pepatah menyebutkan,
Keledai saja,
Tidak akan pernah jatuh di lubang yang sama, untuk kedua kalinya.
Manusia,
Terkadang, lebih dungu dari seekor keledai.
Keledai tidak pernah bersikap seperti hewan yang cerdas dan jenius.
Lebih lucunya,
Manusia yang lebih bodoh dari seekor keledai ini,
Merasa bangga dan merasa dirinya adalah orang bijaksana yang berhak untuk menggurui dan memprotes watak dan sifat dari orang alin.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.