JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Learn to be Honest

If you cheat others,
Then it means someone else can cheat you.
If you lie to others,
Then you should not protest when deceived by others.
How could it be,
You forbid others to hurt you,
While yourself likes to hurt others.
How could it be,
You demanded others to respect you,
While you yourself do not ever want to learn to respect and appreciate others.
How could it be,
You call yourself a parent,
While you never treated your child like a child.
How could it be,
You claim to be a teacher,
While you never set a good example to your disciples.
How could it be,
We are obsessed to be a leader,
Leading many people,
But our thoughts are more like a colonizer who is mad and will exploit his own people.
How could it be,
Someone in a police uniform,
While himself more rotten than the bad-smelling criminals.
How could it be,
Someone was wearing a judge's robe,
Judging others,
Busy to comment on and judge others,
While the real himself most need to be punished and tried.
Why do you think,
That only you are allowed,
While others may not.
Is not that a selfish attitude?
Is not that called a hypocrite?
Before we demand of others,
We should first, need to see our own behavior.
Before we complain about the behavior of others,
We should ask ourselves,
Is our own behavior right already?
Blaming others and demanding of others,
It's always easy.
While for being able to see the defects of the action ourselves,
We never want to,
Because we always feel we're right already,
Always right,
And can not be wrong.
That's,
When people fall into the ignorance,
An arrogant attitude that has never been honest,
Even to himself.

© HERY SHIETRA Copyright.

Bila kau menipu orang lain,
Maka sama artinya orang lain pun boleh menipu dirimu.
Jika kau berdusta kepada orang lain,
Maka kau tidak boleh protes ketika dibohongi oleh orang lain.
Bagaimana mungkin,
Kau melarang orang lain untuk menyakiti dirimu,
Sementara dirimu sendiri gemar menyakiti orang lain.
Bagaimana mungkin,
Kau menuntut agar orang lain menghormati dirimu,
Sementara kau sendiri tidak pernah mau belajar untuk menghormati dan menghargai orang lain.
Bagaimana mungkin,
Kau menyebut dirimu sebagai orangtua,
Sementara kau tidak pernah memperlakukan anakmu seperti seorang anak.
Bagaimana mungkin,
Kau mengaku sebagai seorang guru,
Sementara engkau tidak pernah memberi teladan yang baik kepada para muridmu.
Bagaimana mungkin,
Kita terobsesi untuk menjadi seorang pemimpin,
Memimpin banyak rakyat,
Namun isi pikiran kita lebih menyerupai seorang penjajah yang gila kuasa dan akan mengeksploitasi para rakyatnya sendiri.
Bagaimana mungkin,
Seseorang mengenakan seragam polisi,
Sementara dirinya sendiri lebih busuk dari para penjahat berbau busuk.
Bagaimana mungkin,
Seseorang mengenakan jubah hakim,
Mengadili orang lain,
Sibuk, mengomentari dan menghakimi orang lain,
Sementara dirinya sendiri yang sebenarnya paling perlu untuk dihukum dan diadili.
Mengapa engkau dapat berpikir,
Bahwa hanya dirimu yang boleh,
Sementara orang lain tidak boleh.
Bukankah itu sikap egois?
Bukankah itu disebut sebagai munafik?
Sebelum kita menuntut orang lain,
Hendaknya kita terlebih dahulu, perlu melihat perilaku diri kita sendiri.
Sebelum kita komplain terhadap perilaku orang lain,
Patut kita bertanya pada diri kita sendiri,
Apakah perilaku diri kita sendiri sudah benar?
Menyalahkan orang lain dan menuntut dari orang lain,
Selalu mudah.
Sementara untuk mampu melihat cacat dari perbuatan diri kita sendiri,
Kita tidak pernah mau,
Karena kita selalu merasa diri kita sudah benar,
Selalu benar,
Dan tidak dapat salah.
Itulah,
Saat-saat seseorang terjerumus ke dalam kebodohan batin,
Sikap arogan yang tidak pernah bersikap jujur,
Bahkan terhadap dirinya sendiri.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.