A Saint can Still be Harmed

Does being a saint, meaning will not be hurt by someone else?
Even a Buddha,
Which has been perfectly holy,
They can be harmed by others as long as they have a biological body.
If we intend to not be hurt,
So the solution is to be a rich man,
So that the strength of the material is able to buy power,
So it can not be touched,
Even with impunity,
Even supported by citizens and followers,
Can buy justice,
And furthermore became offenders who hurting.
Because power always corrupt.
However,
Sooner or later the luck it will be gone anyway in the end,
When our good karma saving began to run out,
And when the bad karma seed began to bear fruit,
At that point the perpetrator will feel the bitterness of bad karma fruit planted by him gladly during his lifetime ago.
The more happy we sow bad karma,
The larger the fruit.
Increasingly laugh out loud the perpetrator when hurting others,
Increasingly many times bad karma fruit will be picked by him.
Harm people who have low morale,
Remain produce bad karma.
Hurting a saint,
Is tantamount to dig own grave.
The more sacred the people we have hurt,
The more intense the bad karma planted.
Like Cinca and Devadatta, who slander the Buddha,
Earth split and take those who have hurt a Buddha.
The Buddha itself is free from hatred or anger,
And not the Buddha is also a reply to the treatment he received.
But the law of karma itself will work automatically,
Even without our request,
Even without we sent.
Be holy man,
Although we can still get hurt because of this physical body,
But anyone who tries to hurt us,
Is tantamount offender dig his own grave.
Sometimes,
We do not need to reciprocate with our own hands.
Only a matter of time,
Sooner or later the law of karma will come to the surface and work its own way.
Being a person with a pure heart and mind,
Indeed sick,
It took a long struggle,
Hard,
And often become the object being hurt by others.
But the achievement was very valuable to us are fighting for and realization.
As fortunate as any kind of person who hurt us inexorably,
As fortunate as any kind of person who hurt us laughing out loud,
As fortunate as-lucky person who has hurt us while supported by the local community,
Still more fortunate those who live in does not hurting any creature,
To purify ourselves,
And fight break the shackles of the chain of karma.
Bullhead to fall asleep by good karma which happened to be fruitful,
Drunk therefore,
But it would be destroyed in the end.
Which one do you choose?

© HERY SHIETRA Copyright.

Apakah menjadi orang suci, artinya tidak akan dapat disakiti oleh orang lain lagi?
Bahkan seorang Buddha,
Yang telah suci secara sempurna,
Masih dapat dijahati oleh orang lain sepanjang masih memiliki tubuh hayati.
Bila kita berniat agar tidak dapat disakiti,
Maka solusinya ialah menjadi orang kaya raya,
Sehingga dengan kekuatan materi mampu membeli kekuasaan,
Sehingga tidak dapat tersentuh,
Bahkan kebal hukum,
Bahkan didukung warga masyarakat dan para pengikutnya,
Dapat membeli keadilan,
Dan lebih jauh lagi justru menjadi pelaku yang menyakiti.
Karena kekuasaan senantiasa korup.
Namun,
Cepat atau lambat keberuntungan itu akan sirna pula pada akhirnya,
Ketika tabungan karma baik habis,
Dan ketika benih karma buruk mulai berbuah,
Pada titik itulah si pelaku kejahatan akan merasakan pahitnya buah karma buruk yang ia tanam dengan senang hati semasa hidupnya dahulu.
Semakin senang kita menanam karma buruk,
Semakin besar buahnya.
Semakin tertawa terbahak-bahak si pelaku kejahatan ketika menyakiti orang lain,
Semakin berkali-kali lipat buah karma buruk akan dipetik olehnya.
Menyakiti orang bermoral rendah,
Tetap membuahkan karma buruk.
Menyakiti orang suci,
Sama artinya menggali lubang kubur sendiri.
Semakin suci orang yang kita sakiti,
Semakin hebat karma buruk yang ditanam.
Bagaikan Cinca dan Devadatta yang memfitnah Sang Buddha,
Bumi terbelah dan memakan mereka yang telah menyakiti seorang Buddha.
Sang Buddha itu sendiri telah bebas dari kebencian ataupun amarah,
Dan bukan Sang Buddha pula yang membalas perlakuan yang diterimanya.
Namun hukum karma itu sendiri yang akan bekerja secara otomatis,
Sekalipun tanpa kita minta,
Sekalipun tanpa kita suruh.
Jadilah manusia yang suci,
Meski kita masih dapat disakiti karena memiliki tubuh ragawi ini,
Namun siapapun yang mencoba menyakiti diri kita,
Sama artinya si pelaku menggali lubang kuburnya sendiri.
Terkadang,
Kita tidak perlu membalas dengan tangan kita sendiri.
Hanya soal waktu,
Cepat atau lambat hukum karma akan muncul ke permukaan dan bekerja dengan caranya sendiri.
Menjadi seorang berhati dan berpikiran suci,
Memang sakit,
Butuh perjuangan panjang,
Keras,
Dan kerap menjadi objek yang disakiti oleh orang lain.
Namun pencapaian tersebut sangat berharga untuk kita perjuangkan dan realisasi.
Seberuntung-beruntungnya orang yang menyakiti kita tanpa dapat dicegah,
Seberuntung-beruntungnya orang yang merugikan kita sambil tertawa terbahak-bahak,
Seberuntung-beruntungnya orang yang melukai kita sembari didukung komunitas setempat,
Masih lebih beruntung mereka yang hidup secara tidak menyakiti makhluk manapun,
Mensucikan diri,
Dan berjuang memutus belenggu rantai karma.
Orang dungu terlena oleh karma baik yang kebetulan sedang berbuah,
Mabuk karenanya,
Namun akan hancur lebur pada akhirnya.
Mana yang akan kau piliih?


© Hak Cipta HERY SHIETRA.