Intelligence to Adapt. Kecerdasan untuk Beradaptasi

Let's make a new definition and redefine,
As part of a revolution in life view.
The ability to interpret or define a thing from life,
Is adaptation intelligence.
Someone who lives happily and survives in even the most difficult circumstances,
It's not the strongest or the one who can fulfill all his desires,
But are those who have the ability and willingness to adapt.
When we cannot impose circumstances,
So the most rational thing to do is to reinterpret what happened and the conditions that befall us.
As an example,
What is meant by good food,
It's not food that contains fragrant meat and tomato sauce.
Good food,
It's all food that doesn't taste bitter.
Or,
Good food,
It is food that nourishes the body, even though it feels bitter.
There are times, too,
People damage themselves,
And believe it as a happy entertainment,
As a result of their inability to make a proper understanding on a condition and circumstances they face and they would choose.
As an example,
Drink intoxicating drinks,
It is suffering and hurting ourselves as long as we interpret alcoholic drinks that can weaken the consciousness of the drinker.
On the contrary,
As a result of interpreting alcoholic beverages as a way to forget for a moment the problem of life,
So they believe that alcoholic beverages are synonymous with joy and happiness.
Many of us,
Who means life with abundant wealth,
Even if obtained by cheating or robbing the rights of others,
Is the purpose of life itself.
So, it is not surprising that then he dug his own grave,
All his life is materially rich,
Even though he realized that life as a human being, was not permanent,
And hell will wait for them in the next life.
Why harm yourself,
Can it be interpreted as a source of happiness?
That is the result of mistakenly making the correct definition or understanding of everything.
To be able to live happily,
It doesn't have to be materially rich,
But at least live without debt even though you can only eat rice twice a day.
To be called smart,
It is not necessary to be able to commit theft by hacking into a sophisticated security system,
Without being able to be known by the victims, and without being tracked by the police.
To be called smart,
Suffice we can live and make a living by not harming others,
Being able to find rice to eat, without having to steal food from someone else's plate.
To be called brave,
It's not necessary to be able to hit many people in a fight,
But it is enough to dare to face this life full of uncertainty,
With an honest way of life even though facing various difficulties of life.
To be called love,
It doesn't have to be to force what we like, to the person,
But give what they like, even though we don't like it.
To be called has won the fight,
We don't have to be champions or pass an examination of subjects at school,
But to be brave to face failure,
Without cheating.
That way,
At least we have become winners of ourselves.
Be a winner,
It does not have to always be in the form of dropping someone else.
Biggest opponent,
Inside ourselves.
That is the power of true meaning and understanding.

© HERY SHIETRA Copyright.

Image by RIANA SHIETRA Copyright
Yang Anda lihat bukanlah kemustahilan, namun sebuah perspektif KECERDASAN BARU

Mari kita membuat definisi baru dan melakukan definisi ulang,
Sebagai bagian dari revolusi pandangan hidup.
Kemampuan untuk memaknai atau mendefinisikan sebuah hal dari kehidupan,
Adalah kecerdasan adaptasi.
Seseorang yang hidup berbahagia dan bertahan hidup dalam keadaan paling sukar sekalipun,
Bukanlah yang terkuat ataupun yang mampu memenuhi segala keinginannya,
Namun adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk beradabtasi.
Ketika kita tidak dapat memaksakan keadaan,
Maka yang paling rasional untuk dilakukan ialah memaknai ulang apa yang terjadi dan kondisi menimpa kita.
Sebagai contoh,
Yang dimaksud dengan makanan enak,
Bukanlah makanan yang mengandung daging dan saus tomat yang harum.
Makanan yang enak,
Ialah semua makanan yang tidak terasa pahit.
Atau,
Makanan yang enak,
Ialah makanan yang menyehatkan tubuh, sekalipun terasa pahit.
Ada kalanya juga,
Orang-orang merusak dirinya sendiri,
Dan meyakininya sebagai hiburan yang membahagiakan,
Akibat ketidak-mampuan mereka untuk membuat pengertian yang benar atas suatu kondisi dan keadaan yang mereka hadapi dan akan mereka pilih.
Sebagai contoh,
Meminum minuman memabukkan,
Adalah menderita dan menyakiti diri kita sendiri sepanjang kita memaknai minuman beralkohol dapat melemahkan kesadaran peminumnya.
Sebaliknya,
Akibat memaknai minuman beralkohol sebagai cara untuk melupakan untuk sejenak masalah hidup,
Maka mereka meyakini bahwa minuman beralkohol adalah identik dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Banyak diantara kita,
Yang memaknai hidup dengan kekayaan melimpah,
Sekalipun didapat dengan cara menipu maupun merampok hak orang lain,
Adalah tujuan hidup itu sendiri.
Maka, tidaklah heran bila kemudian dirinya menggali lubang kubur sendiri,
Sepanjang hidupnya kaya secara materi,
Sekalipun disadari olehnya bahwa kehidupan sebagai manusia, tidaklah kekal,
Dan neraka akan menunggu mereka dikehidupan selanjutnya.
Mengapa mencelakai diri sendiri,
Dapat dimaknai sebagai suatu sumber kebahagiaan?
Itulah akibat dari keliru membuat definisi atau pengertian yang benar atas segala sesuatunya.
Untuk dapat hidup secara bahagia,
Tidaklah harus kaya secara materi,
Namun setidaknya hidup tanpa memiliki hutang meski hanya dapat makan nasi sebanyak dua kali dalam satu hari.
Untuk dapat disebut sebagai cerdas,
Tidaklah harus dapat melakukan pencurian dengan meretas sistem keamanan yang canggih,
Tanpa dapat diketahui korbannya dan tanpa dapat terlacak oleh pihak kepolisian.
Untuk dapat disebut sebagai cerdas,
Cukuplah kita dapat hidup dan mencari nafkah dengan cara tidak merugikan orang lain,
Mampu mencari nasi untuk makan, tanpa harus mencuri makanan dari piring milik orang lain.
Untuk dapat disebut pemberani,
Bukanlah harus dapat memukul jatuh banyak orang dalam perkelahian,
Namun cukuplah untuk berani menghadapi hidup yang penuh ketidakpastian ini,
Dengan cara hidup jujur sekalipun menghadapi berbagai kesukaran hidup.
Untuk dapat disebut mengasihi,
Tidaklah harus berupa memaksakan apa yang kita sukai kepada orang tersebut,
Namun memberikan apa yang mereka sukai, sekalipun hal tersebut tidak kita sukai.
Untuk dapat disebut telah memenangkan pertarungan,
Tidaklah harus kita menjadi juara atau lulus suatu ujian mata pelajaran di sekolah,
Namun untuk berani menghadapi ketidaklulusan,
Tanpa menyontek.
Dengan bgitu,
Setidaknya kita telah menjadi pemenang atas diri kita sendiri.
Menjadi pemenang,
Tidak harus selalu berbentuk menjatuhkan orang lain.
Lawan terbesar,
Ada di dalam diri kita sendiri.
Itulah kekuatan dari pemaknaan dan pengertian yang benar.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.