We are All Main Actors, not Extras

Has one time,
Once upon a time,
In the stillness of dawn we ask,
What does it mean to live,
If we live only to live and die.
Where is the difference with those who have never been born in this world?
Actually what we are after,
And even if we get it,
What is that all about?
Are all worldly accomplishment and achievement that makes us ever existed in the world?
Or is our true existence only a burden to the world?
Is it worth it, if we become fallen just because of being harassed and treated inhuman by others,
Is the price of a life, just as trivial as that?
While there are still many important things waiting to be started, done, and completed.
We know,
Hidden wildness behind the friendly smile of the inhabitants of Earth,
Sadism behind all the hospitality attitude.
Occasionally reveal tiny canine teeth and alluring.
But we do not have to hurt or blame ourselves,
For something that is not our fault.
The people who hurt us,
So they have behaved badly,
We need to be fair to ourselves.
Though those in power, boasting,
The weak does not have the power to speak.
We do not have to blame those who are just busy for themselves,
We can only blame our own helplessness.
Until when will we hide behind the mask of falsehood,
Sinking behind it,
Losing true identity,
Incarnate man artificially.
A mask that conceals rottenness and ulcers,
But still attached by the wearer,
Is it honesty, as expensive as that?
Since when,
Self-denial is a life-sustaining choice?
Fooling and being fooled,
Deceive and be deceived,
Hurting and being hurt,
Why should we be convinced that there is no life without all the decay of such behavior?
It is not easy to live as a human being,
But it is more difficult to maintain that humanity.
So many of us are then surrendered,
Or being resigned helplessly,
And chose to let go of his humanity,
Even if necessary, mortgage it,
Being humanist,
Is always bitter,
Oppressed by them, human beings who resemble animal nature.
Humans even dare to manipulate other human life,
As if only himself were the most important,
Others can be sacrificed for their own sake.
However,
Is not just a coward,
Those who feel can only live by sacrificing the lives of others.
No one is the main actor in life,
As well as,
No one wants his life to be a mere extras.
What makes us assume,
That our lives are more important than them?
Give them a fair chance to live equally,
Then you will no longer be able to despise and degrade them.
Whether we can feel proud,
By being polluting life,
Without being able to feel guilty?
Even fraudulent acts,
Now seen as a fairness.
How long will we fool ourselves and others with all that lie?
Would not it be more beautiful for this life,
When we endure our own suffering,
Rather than bringing misery to others.
It's better to be mute,
Instead of having a mouth with sweet words spiced with poison.
We do not need to waste our lives,
Just because no one wants to understand and appreciate us.
Make sure that our life is valuable,
That can bring goodness to the civilization of humanity.
No need to be mud just because stuck in the mud,
Be a lotus that blooms perfectly.
Strengthen yourself,
Do not grieve or torment yourself anymore,
Find happiness,
And share that joy with our steps.
Willingness and struggle,
Always the greatest capital of us,
That will never be exhausted from within,
Wells of the spirit of life.
Do not let the spirit of the fire was extinguished.

© HERY SHIETRA Copyright.

Pernahkah suatu waktu,
Di suatu ketika,
Dalam keheningan fajar kita bertanya,
Apakah artinya hidup,
Bila kita hidup hanya untuk hidup lalu mati.
Dimanakah letak perbedaannya dengan mereka yang tidak pernah sempat terlahir di dunia ini?
Sebenarnya apa yang sedang kita kejar,
Dan sekalipun kita berhasil meraihnya,
Untuk apakah semua itu?
Apakah semua prestasi dan pencapaian keduniawian itu yang membuat kita pernah eksis di dunia?
Ataukah keberadaan kita sejatinya hanya menjadi beban bagi dunia ini?
Apakah layak, bila kita menjadi jatuh hanya karena dilecehkan dan diperlakukan secara tidak manusiawi oleh orang lain,
Apakah harga sebuah hidup, hanya sedangkal itu?
Sementara masih banyak hal penting yang menunggu untuk dimulai, dikerjakan, dan dituntaskan.
Kita tahu,
Tesembunyi kebuasan dibalik senyum ramah para penduduk Bumi,
Kesadisan dibalik segala keramahan sikap.
Sesekali menampakkan taring gigi yang mungil dan memikat.
Namun kita tidak perlu menyakiti ataupun menyalahkan diri kita,
Atas sesuatu yang bukan menjadi kesalahan kita.
Orang-orang yang menyakiti kita,
Maka merekalah yang telah berperilaku buruk,
Kita perlu bersikap adil bagi diri kita sendiri.
Sekalipun mereka yang berkuasa, berkoar-koar,
Si lemah tidak memiliki kekuatan untuk bersuara.
Kita tidak perlu menyalahkan mereka yang hanya sibuk untuk diri mereka sendiri,
Kita hanya dapat menyalahkan ketidakberdayaan diri kita sendiri.
Sampai kapan kita akan bersembunyi dibalik topeng kepalsuan,
Tenggelam dibaliknya,
Kehilangan jati diri yang sebenarnya,
Menjelma manusia artifisial.
Sebuah topeng yang menyembunyikan kebusukan dan borok,
Namun tetap dilekati oleh si pemakai,
Apakah sebuah kejujuran, semahal itu?
Sejak kapankah,
Penyangkalan diri dijadikan pilihan tumpuan hidup?
Mengecoh dan terkecoh,
Menipu dan tertipu,
Menyakiti dan disakiti,
Mengapa kita harus berkeyakinan bahwa tidak ada kehidupan tanpa segala kebusukan perilaku demikian?
Tidak mudah hidup sebagai seorang manusia,
Namun terlebih sulit untuk menjaga kemanusiaan itu.
Maka banyak diantara kita yang kemudian menyerah,
Atau bersikap pasrah,
Dan memilih untuk melepas kemanusiaannya,
Jika perlu menggadaikannya,
Karena menjadi manusia yang humanis,
Selalu pahit rasanya,
Tertindas oleh mereka, para manusia yang menyerupai watak hewan.
Manusia bahkan berani untuk memanipulasi hidup manusia lainnya,
Seakan hanya dirinya sendiri yang paling penting,
Sementara orang lain dapat dikorbankan demi kepentingan dirinya sendiri.
Namun demikian,
Bukankah hanya seorang pengecut,
Yang merasa hanya dapat hidup dengan cara mengorbankan hidup orang lain.
Tidak ada seorang pun yang menjadi aktor utama dalam kehidupan,
Sama halnya,
Tidak ada seorang pun yang ingin hidupnya hanya sekadar menjadi figuran semata.
Apa yang membuat kita berasumsi,
Bahwa hidup kita lebih penting daripada mereka?
Berikan mereka kesempatan hidup yang sama secara adil,
Maka engkau tidak akan dapat lagi meremehkan dan merendahkan martabat mereka.
Apakah kita dapat merasa bangga,
Dengan menjadi polusi kehidupan,
Tanpa mampu merasa bersalah?
Bahkan perbuatan-perbuatan curang,
Kini dipandang sebagai suatu kewajaran.
Sampai kapan kita akan membodohi diri sendiri dan orang lain dengan segala dusta itu?
Bukankah akan lebih indah bagi hidup ini,
Bila kita menanggung derita kita sendiri,
Daripada menghadirkan penderitaan bagi orang lain.
Lebih baik menjadi bisu,
Daripada memiliki mulut dengan kata-kata manis berbumbu racun.
Kita tidak perlu menyia-nyiakan hidup,
Hanya karena tidak ada yang mau mengerti dan menghargai kita.
Yakinkanlah, bahwa hidup kita berharga,
Yang dapat membawa kebaikan bagi peradaban kemanusiaan.
Tidak perlu menjadi lumpur hanya karena terjebak di dalam lumpur,
Jadilah teratai yang mekar secara sempurna.
Kuatkan diri,
Jangan lagi bersedih ataupun menyiksa dirimu,
Temukan kebahagiaan,
Dan bagikanlah keceriaan itu bersama langkah kita.
Kemauan dan perjuangan,
Selalu merupakan modal terbesar diri kita,
Yang tidak akan pernah habis digali dari dalam diri,
Sumur semangat kehidupan.
Jangan biarkan api semangat itu padam.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.