The Language of Truth is Always Universal and is Not Limited by the Time Division

When we find the appearance of acne on the face,
We begin to learn to hate ourselves.
Maybe it happens because we do not keep the cleanliness of our faces.
But at the same time we can also be understood,
That this body is not “I AM”.
If this body is “I AM”,
Then I could have ordered MY own body.
When we find our weight continues to gain weight,
We begin to learn to terrify our own weight condition.
Maybe it happens because we lack exercise and just keep eating food all day long.
But at the same time the moment should be able to make us aware,
That we can not command the body we call “I AM” this.
When we feel broken hearted by disappointment and despair,
We begin to learn to hurt our feelings and feelings.
Maybe it happens because we are so obsessed and put too much hope that in the end make us disappointed.
But at the same time we can begin to discover,
That our thoughts and feelings can move against our own will.
When we do something that we will later regret ourselves,
We begin to learn to feel stupid and so silly.
Maybe it happens because we do not control ourselves quite tightly.
But at the same time we can draw a conclusion,
That inner will that drives us to do something,
Can move hurt ourselves.
When we feel disgusted when we smell a foul smell, or hear an unpleasant sound, a bad scene, or an unpleasant taste,
We begin to bear the seeds of hate and anger.
Maybe we have different tastes from others.
But at the same time we can take the red thread,
That sense consciousness and consciousness of our mind work out of our own control.
So far we believe that this is MY body,
That this is MY soul or mind,
That this is MY feeling,
That this is MY will,
That this is MY consciousness,
So we then become demanding much of ME.
But as it turned out,
Nothing can be called “I AM”,
Because everything is impermanent, unsatisfactory, and not “I AM”.
Thus the teachings of all Buddhas,
The Buddhas of the past,
Buddha in the present,
And the Buddhas in the future.
The language of truth is always universal and is not limited by the time division.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ketika kita mendapati munculnya jerawat di wajah,
Kita mulai belajar untuk membenci diri kita sendiri.
Mungkin saja itu terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan wajah kita.
Namun disaat bersamaan kita dapat pula menjadi paham,
Bahwa tubuh ini bukanlah AKU.
Jika tubuh ini adalah AKU,
Maka semestinya AKU dapat memerintahkan tubuh milik AKU sendiri.
Ketika kita mendapati berat tubuh kita terus bertambah berat,
Kita mulai belajar untuk menakutkan kondisi berat tubuh kita sendiri.
Mungkin saja itu terjadi karena kita kurang berolah-raga dan hanya terus makan makanan sepanjang hari.
Namun disaat bersamaan momen tersebut semestinya mampu membuat kita sadar,
Bahwa kita tidak dapat memerintahkan tubuh yang kita sebut AKU ini.
Ketika kita merasa patah hati akibat kecewa dan putus asa,
Kita mulai belajar untuk melukai hati dan perasaan diri kita sendiri.
Mungkin saja itu terjadi karena kita demikian terobsesi dan menaruh terlampau banyak harapan yang pada akhirnya membuat kita kecewa.
Namun disaat bersamaan kita dapat mulai menemukan,
Bahwa pikiran dan perasaan kita pun dapat bergerak melawan kehendak kita sendiri.
Ketika kita melakukan sesuatu perbuatan yang kemudian akan kita sesali sendiri,
Kita mulai belajar untuk merasa bodoh dan demikian konyol.
Mungkin saja itu terjadi karena kita tidak mengontrol diri kita secara cukup ketat.
Namun disaat bersamaan kita pun dapat menarik sebuah kesimpulan,
Bahwa kehendak batin yang mendorong kita untuk berbuat sesuatu,
Dapat bergerak menyakiti diri kita sendiri.
Ketika kita merasa jijik ketika mencium aroma busuk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan, pemandangan yang buruk, ataupun rasa makanan yang tidak sedap,
Kita mulai melahirkan benih-benih perasaan benci dan marah.
Mungkin saja kita memiliki selera yang berbeda dari orang lain.
Namun disaat bersamaan kita pun dapat mengambil benang merah,
Bahwa kesadaran indera dan kesadaran pikiran kita bekerja diluar kendali diri kita sendiri.
Selama ini kita meyakini bahwa ini adalah tubuh AKU,
Bahwa ini adalah jiwa atau batin AKU,
Bahwa ini adalah perasaan AKU,
Bahwa ini adalah kehendak AKU,
Bahwa ini adalah kesadaran AKU,
Sehingga kita kemudian menjadi menuntut banyak dari AKU.
Namun terbukti sudah,
Tiada AKU,
Sebab segalanya tidak kekal, tidak memuaskan, dan tiada AKU.
Demikianlah ajaran semua Buddha,
Para Buddha dimasa lampau,
Buddha dimasa kini,
Dan para Buddha dimasa yang akan datang.
Bahasa kebenaran selalu bersifat universal dan tidak dibatasi oleh sekat waktu.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.