Playing with fire, we can get wretched by the fire.
We all know that.
However,
Why do we still play with fire,
So it burns to scorch?
Caused by ignorance,
We challenge the fire, and proud of it.
Resulted to underestimate the risk behind the flame of a fire,
We challenge the fire,
And then just find ourselves burnt to the ground.
Due to overestimated in self-view,
We believe that we are already holy,
Or even immune to fire,
So we are not afraid to play with fire,
Even let it burn and blaze with even greater.
Because we do not want to learn from mistakes in the past,
We go back to light a fire and playing with them,
And again burned by the same fire,
Suffered by the same fire.
Can also happen,
Due to frustration, and despair throughout the journey to face this harsh and cruel life,
A person chooses to burn himself with fire.
But it can happen,
Due to boredom and weary of life,
One's self begins to challenge danger and death,
Challenging fire,
Even challenging his own defilements.
Until the end,
He became a victim of his own ignorance,
Due to underestimating the destructive power of his own defilements.
Really,
We must not underestimate the destructive power of fire,
Even the destructive power of the defilements is far more destructive than any fire.
With the defilements that dwell on our minds and hearts,
Not just other people and ecosystems that will be able to destroy by us,
Even ourselves.
What a terrible destructive power of defilement.
When we already know that fire is hot,
Why are we still trying to touch it repeatedly?
If we already know that the flames are dangerous,
Why do we still go into it to challenge?
We already know all these things,
But still,
We repeat it again,
And fall right in the same hole.
No exception, even myself who wrote this short poetry.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Bermain-main dengan api, kita akan dapat terbakar.
Kita semua sudah tahu akan hal itu.
Namun,
Mengapa diri kita masih juga bermain-main dengan api,
Sehingga menjadi terbakar hingga hangus?
Diakibatkan oleh kebodohan batin,
Kita menantang api.
Diakibatkan meremehkan resiko dibalik nyala sebuah api,
Kita menantang api itu,
Dan hanya mendapati bahwa diri kita hangus terbakar.
Dikarenakan overestimated dalam memandang diri sendiri,
Kita meyakini bahwa diri kita telah suci,
Atau bahkan kebal terhadap api,
Sehingga kita tidak takut untuk bermain-main dengan api,
Bahkan membiarkannya menyala dan berkobar dengan lebih besar lagi.
Dikarenakan kita tidak mau belajar dari kesalahan di masa lampau,
Kita kembali menyalakan api dan bermain-main dengannya,
Dan kembali terbakar oleh api yang sama,
Menderita oleh api yang sama.
Bisa juga terjadi,
Karena frustrasi dan perasaan putus asa dalam menghadapi hidup yang keras dan kejam ini,
Seseorang memilih untuk membakar dirinya sendiri dengan api.
Namun dapat pula terjadi,
Dikarenakan rasa bosan dan jemu terhadap hidup,
Diri seseorang mulai menantang bahaya dan maut,
Menantang api,
Bahkan menantang pula kekotoran batinnya sendiri.
Sampai pada akhirnya,
Dirinya menjadi korban dari kebodohan batinnya sendiri,
Akibat meremehkan daya hancur dari kekotoran batinnya sendiri.
Sungguh,
Kita tidak boleh meremehkan daya perusak dari api,
Bahkan daya rusak dari kekotoran batin yang jauh lebih merusak dari api apapun.
Dengan kekotoran batin yang bersemayam pada pikiran dan hati kita,
Bukan hanya orang lain dan ekosistem yang akan mampu kita hancurkan,
Bahkan juga diri kita sendiri.
Sungguh mengerikan daya destruktif dari kekotoran batin.
Bila kita sudah tahu bahwa api adalah panas,
Mengapa kita masih mencoba menyentuhnya secara berulang kali?
Jika kita sudah tahu bahwa kobaran api adalah berbahaya,
Mengapa kita masih juga masuk ke dalamnya untuk menantang?
Kita sudah tahu semua hal ini,
Tetapi tetap saja,
Kita kembali mengulanginya,
Dan jatuh tepat di lubang yang sama.
Tidak terkecuali, diriku sendiri yang menuliskan puisi singkat ini.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.