JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Selfish Towards Ourselves

We often in any time, not just selfish towards others,
But we are selfish towards ourselves.
We do all the bad habits,
But hope does not fall sick from it.
We do all evil,
But expect to go to heaven with all of those actions.
We hurt a lot of creatures,
But expect others to love and to liking us.
We have always been selfish,
Toward others,
To the environment we live in,
In fact we are being selfish towards ourselves.
Because of ignorance,
We think they are loving ourselves by immersed in all the worldly pleasures,
But in fact we made ourselves increasingly falling deeper into the valley of suffering.
Like because of thirst,
Drinking sea water can quench your thirst with expectations.
However, we experienced a greater thirst because of it.
Like sores that itch,
We continue to scratch and feel satisfied,
But the wound was growing wide and kills us in the end.
There is a busy person to save others,
Expecting be a hero,
And proud of it,
But failed to save his own family, whose abandoned him.
There are people who even busy to cultivate wealth by cheating,
Even steal or manipulate others,
Digging our own grave.
Why do we actually harm and plunge ourselves?
Is not the world is quite unfair to ourselves?
Why do we have actually contributed unfair and harm ourselves?
The most dangerous opponent,
Not a combat soldier whose would invade our country,
But is our own inner darkness.
With joy we hurt ourselves,
Fearlessly we push ourselves to rebirth in the lower realms,
Tortured therefore only for the pleasure of the present moment.
Only a small part of us,
Which really be wary to my thoughts and behavior itself.
Guiding our steps alone attentively,
Step by step,
Breath-by-breath,
Each physical phenomena and mental phenomena recorded very well.
Practicing for conscience.
They are aware of, actually being the preservation of life itself,
And is also caring for life around them environmentally.
What a wonderful world who characterized by the image of the creature mutually coexist peacefully sharing the space.
Is really smelly,
Humans who dared to misbehave,
But do not dare to be responsible,
Moreover expect to go to heaven.
Hurting going to be hurt,
Harming will be harmed.
Who wants to cheat us in this life?
How could it be,
We demanded to be treated fairly,
While we have acted unfairly against others.
Is injustice,
When evil people demanding justice.
Bad people just ought to be judged.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita kerap kali bukan saja egois terhadap orang lain,
Namun kita pun egois terhadap diri kita sendiri.
Kita melakukan segala kebiasaan hidup yang buruk,
Namun mengharap tidak jatuh sakit karenanya.
Kita melakukan segala perbuatan jahat,
Namun berharap masuk surga dengan semua perbuatan tersebut.
Kita menyakiti banyak makhluk,
Namun mengharap orang lain mengasihi dan menyukai kita.
Kita selalu bersikap egois,
Terhadap orang lain,
Terhadap lingkungan kita hidup,
Bahkan kita bersikap egois terhadap diri kita sendiri.
Karena kebodohan batin,
Kita mengira sedang mengasihi diri kita dengan tenggelam dalam segala kenikmatan duniawi,
Namun senyatanya kita membuat diri kita kian jatuh lebih dalam pada lembah penderitaan.
Bagai karena haus,
Meminum air laut dengan harapan dapat melepas dahaga.
Namun kita justru mengalami haus yang lebih hebat.
Bagaikan luka yang terasa gatal,
Kita terus menggaruknya dan merasa puas,
Namun luka itu kian besar dan merenggut nyawa kita pada akhirnya.
Ada orang yang sibuk untuk menyelamatkan orang lain,
Mengharap menjadi pahlawan,
Dan bangga karenanya,
Namun gagal menyelamatkan keluarganya sendiri yang terlantar olehnya.
Ada orang yang bahkan sibuk untuk memupuk kekayaan dengan cara curang,
Bahkan mencuri atau memanipulasi orang lain,
Menggali lubang kubur sendiri.
Mengapa kita justru mencelakai dan menjerumuskan diri kita sendiri?
Bukankah dunia ini sudah cukup tidak adil terhadap diri kita?
Mengapa kita justru turut bersikap tidak adil dan mencelakai diri kita sendiri?
Lawan paling berbahaya,
Bukanlah prajurit tempur yang akan menjajah negeri kita,
Namun adalah kegelapan batin kita sendiri.
Dengan gembira kita menyakiti diri kita sendiri,
Tanpa kenal takut kita dorong diri kita sendiri menuju kelahiran kembali di alam rendah,
Tersiksa karenanya hanya demi kesenangan sesaat saat kini.
Hanya sebagian kecil dari kita,
Yang benar-benar bersikap waspada terhadap pikiran dan tingkah laku dirinya sendiri.
Membimbing langkah kakinya sendiri dengan penuh perhatian,
Langkah demi langkah,
Hembusan nafas demi hembusan nafas,
Setiap fenomena fisik dan fenomena batin dicatat dengan sangat baik.
Berlatih untuk berkesadaran.
Mereka yang sadar sejatinya tengah memelihara kehidupan dirinya sendiri,
Dan juga tengah merawat kehidupan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Alangkah indahnya dunia yang diwarnai oleh gambaran para makhluk yang saling hidup berdampingan dengan berbagi ruang secara damai.
Adalah sungguh berbau busuk,
Manusia yang berani berbuat jahat,
Namun tidak berani untuk bertanggung jawab,
Terlebih mengharap masuk surga.
Menyakiti akan disakiti,
Merugikan akan dirugikan.
Siapa yang mau kita curangi dalam hidup ini?
Bagaimana mungkin,
Kita menuntut agar diperlakukan adil,
Sementara kita sendiri berlaku tidak adil terhadap orang lain.
Adalah ketidakadilan,
Bila orang jahat mendapatkan keadilan.
Orang jahat hanya patut untuk diadili.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.