THE SPECULATOR

When we pursue the departure of the aircraft,
We find ourselves has been late to the airport,
The aircraft had left the runway,
airborne,
Flying high left us,
Which can only gawked in disbelief.
Today felt so bad.
We condemn,
cursing,
And say how unfortunate fate of us that day.
The next day,
Sounded news,
Aircraft should we rode by bringing us on the air,
Reportedly experienced a disaster,
The entire passenger was not found.
Disappeared with the wreckage in the middle of the ocean.
We were stunned.
The same plane was supposed yesterday we were riding.
What happens when a plane only if it takes us yesterday.
We feel relieved,
Be grateful,
And even now feel fortunate for being late.
We always speculate,
Speculation about what happened to us.
As well,
Or as bad.
Good for us, 
Not necessarily good for others.
Vice versa.
Man's life is like a pawn on the chessboard.
Powerless against what's going on.
Humans still inferior in the eyes of nature.
There are people who just simply struggle to survive.
There is someone is more fortunate enough,
But nothing could appreciate what had possessed him,
Precisely searched for the disease itself,
Or even bring disaster to the world.
Man's obsession knows no bounds.
Human desire does not know the word satisfied.
Some feel cheated,
Most other humans actually toying with.
Human life on this planet called Earth,
Means nothing compared to the billions of planets and the solar system in the galaxy.
Humans, of little black dots on the canvas of the universe.
Why do people feel so special to see himself?
Why do we feel more entitled than others,
Although the world is not shortage one without us.
Humans see an ant as little ticks.
These galaxies seen a human, such as little useless bug,
Just spinning in their own activities in their little planet called Earth.
Nothing special about humans.
Realizing this,
We no longer feel more entitled than any creature,
No longer feel entitled to harm any creature,
No longer feeling more powerful than any human.
Humans are just a speck of black spots.
He simply has no meaning in the universe.
Let go of views were privileging ourselves.
There is no longer arrogance.
There is no longer a viable snobbery inherent in our minds.
Hopefully we can remember,
That we are not more worthy than any other human being.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ketika kita mengejar keberangkatan pesawat terbang,
Kita mendapati diri kita telah terlambat sampai bandara,
Pesawat telah meninggalkan landas pacu,
Mengudara,
Terbang tinggi meninggalkan kita,
Yang hanya dapat ternganga tak percaya.
Hari serasa demikian buruk.
Kita mengutuk,
Mengumpat,
Dan mengatakan betapa sialnya nasib kita hari itu.
Keesokan harinya,
Terdengar berita,
Pesawat yang seharusnya kita tumpangi dengan membawa kita mengudara,
Dikabarkan mengalami bencana,
Seluruh penumpang tidak ditemukan.
Menghilang bersama bangkai pesawat di tengah samudera luas.
Kita terpana.
Pesawat yang sama yang seharusnya kemarin kita tumpangi.
Apa yang terjadi bila saja seandainya kemarin pesawat itu membawa kita.
Kita merasa lega,
Bersyukur,
Dan bahkan kini merasa beruntung karena terlambat.
Kita senantiasa berspekulasi,
Spekulasi mengenai kejadian yang menimpa kita.
Sebagai baik,
Atau sebagai buruk.
Baik bagi kita,
Belum tentu baik bagi orang lain.
Begitu pula sebaliknya.
Hidup manusia bagaikan pion di atas papan catur.
Tidak berdaya menghadapi apa yang terjadi.
Manusia tetap saja inferior di mata alam.
Ada manusia yang hanya sekadar berjuang dengan susah payah untuk bertahan hidup.
Ada manusia yang cukup lebih beruntung,
Namun tak dapat menghargai apa yang telah dimiliki dirinya,
Justru mencari-cari penyakit bagi dirinya sendiri,
Atau bahkan membawa malapetaka bagi dunia.
Obsesi manusia tidak mengenal batas.
Keinginan manusia tidak mengenal kata puas.
Sebagian merasa dipermainkan,
Sebagian manusia lainnya justru mempermainkan.
Kehidupan manusia di planet bernama Bumi ini,
Tiada artinya dibanding miliaran planet dan tata surya di galaksi ini.
Manusia hanyalah setitik bintik hitam di atas kanvas semesta.
Mengapa manusia merasa begitu istimewa memandang dirinya sendiri?
Mengapa kita merasa lebih berhak dari orang lain,
Meski dunia ini takkan kekurangan seorang pun tanpa diri kita.
Manusia melihat seekor semut sebagai kutu kecil.
Galaksi ini melihat manusia seperti kutu kecil yang tak berguna,
Hanya berputar-putar dalam kesibukannya sendiri dalam planet kecil mereka yang bernama Bumi.
Tiada yang istimewa dari manusia.
Menyadari ini,
Kita tidak lagi merasa lebih berhak dari makhluk manapun,
Tidak lagi merasa berhak untuk menyakiti makhluk manapun,
Tidak lagi merasa lebih berkuasa dari manusia manapun.
Manusia hanyalah setitik bintik hitam.
Ia sama sekali tiada artinya di semesta ini.
Lepaskanlah pandangan yang mengistimewakan diri kita ini.
Tiada lagi arogansi.
Tiada lagi keangkuhan yang layak melekat pada diri ini.
Semoga kita dapat mengingat,
Bahwa kita tidaklah lebih layak daripada manusia lain manapun.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.