JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

THE HIGHEST MIRACLE

What is the real miracle?
What kind of such a miracle. we are really looking for and after?
Miracle like what we are expecting this time?
A person who falls ill,
Expecting a miraculous to be healed.
When the pain disappears,
Being healthy again,
He said that it was a miracle of God,
And give thanks to God,
Although God himself who actually had given disease and trials.
But still,
He can not escape the laws of nature,
Getting older,
Sick,
And died.
He was unable always get together with people that he liked,
Similarly, he can not expect to split with someone he did not like.
A club soccer team,
Pray for the team to win against the opposing team,
Although the opposing team was praying for the same thing for themselves.
When his team emerged as champions,
Celebrate by giving thanks to God,
At the same time the opposing team curse God,
God considers favoritism.
Nothing is more hapless than God,
Burdened by all the clutter of his own creation.
Although God never intervened, people are always speculating with profiteer the name of the Lord.
A season pass.
The new season has now begun.
Both teams faced each other back in the action on the gridiron.
The team that last season as the winner,
Has now bow,
Being a loser.
What good to be a winner,
Not always we can celebrate the victory,
Just a moment,
Just a blink of an eye.
Like a mere dream.
With all the sacrifices we have to spend.
In the end the player hung shoes,
Due to retirement,
Or because of an injury.
Facing reality,
Old age,
Sick,
Dead.
What is the purpose of all this game of life,
When all the water from the top of the highest mountain anywhere,
Will move downward,
Downstream towards the same ending,
The same ocean,
Ocean, where the whole background of human encounter,
The loser,
The winners,
Rich,
Poor,
Handsome,
Ugly,
Gathered fall in the same ocean.
The ugly,
Said to the rich,
When they end up in that ocean,
Hey, you're the rich arrogant.
Now we still blend together.
What kind sort of miracle we have received and expect,
If in the end we would have fared and ends the same.
Being a good person is one of the main entitled.
The highest miracle,
Is the able to see what it is,
Realizing what it is,
And starts little by little,
Removing the shackles of karma that chained us to the cycle of samsara wheel.
There is no longer reborn in any womb.
Completely free.
Those who still hope reborn,
To just tasted the sweetness of honey,
Will find themselves familiar with back to feel the pain,
Like two sides of the same coin.
You hold the tail of a snake,
Head of snake it will bite you.
Freed from delusion,
Entirely,
That's the true miracle and a wonders.
Humans are still covered defilements,
Close their eyes,
So you'll never know the Dhamma,
This great truth.
Beautiful at first,
Beautiful in the middle,
And beautiful in the end.

© HERY SHIETRA Copyright.

Apakah keajaiban yang sesungguhnya?
Keajaiban semacam apakah yang sebenarnya sedang kita cari dan kejar?
Keajaiban seperti apa yang selama ini kita harapkan?
Seorang yang jatuh sakit,
Mengharap mukjijat agar disembuhkan.
Ketika sakitnya sirna,
Menjadi sehat kembali,
Ia mengatakan bahwa itu adalah mukjijat Tuhan,
Dan mengucap terimakasih pada Tuhan,
Meski Tuhan itu sendiri yang sebenarnya telah memberinya penyakit dan cobaan.
Namun tetap saja,
Ia tak dapat lolos dengan hukum alam,
Menjadi tua,
Sakit,
Dan meninggal.
Tak dapat juga ia selalu berkumpul dengan orang yang ia sukai,
Sama halnya tak dapatlah ia mengharap untuk berpisah dengan orang yang tidak ia sukai.
Sebuah klub kesebelasan sepak bola,
Berdoa agar timnya menang menghadapi tim lawan,
Meski tim lawan pun mendoakan hal yang sama bagi diri mereka sendiri.
Ketika timnya keluar sebagai juara,
Merayakan dengan mengucap syukur pada Tuhan,
Disaat bersamaan tim lawan mengutuk Tuhan,
Menganggap Tuhan pilih kasih.
Tiada yang lebih malang dari Tuhan,
Dibebani oleh segala tetek-bengek ciptaannya sendiri.
Meski Tuhan tidak pernah ikut campur, manusia selalu berspekulasi dengan mencatut nama Tuhan.
Satu musim berlalu.
Musim pertandingan baru kini dimulai.
Kedua tim saling berhadapan kembali dalam laga di lapangan hijau.
Tim yang pada musim lalu keluar sebagai juara,
Kini tunduk,
Menjadi pecundang.
Apalah gunanya menang,
Bila tak selamanya kemenangan itu dapat kita rayakan,
Hanya sesaat,
Hanya sekejap mata.
Bagai mimpi belaka.
Dengan segala pengorbanan yang telah kita keluarkan.
Pada akhirnya sang pemain menggantungkan sepatu,
Karena pensiun,
Atau karena cedera.
Menghadapi kenyataan,
Usia tua,
Sakit,
Kematian.
Apa tujuan semua permainan kehidupan ini,
Bila semua air dari puncak gunung tertinggi manapun,
Akan bergerak turun,
Menuju hilir yang sama,
Samudera yang sama,
Samudera tempat berjumpanya seluruh latar belakang manusia,
Para pecundang,
Para pemenang,
Kaya,
Miskin,
Tampan,
Buruk rupa,
Berkumpul jatuh dalam samudera yang sama.
Sang buruk rupa,
Berkata pada sang kaya,
Ketika mereka berakhir di samudera itu,
Hei, kau si kaya yang sombong.
Kini kita tetap saja berbaur bersama.
Mukjijat semacam apakah yang telah kita terima dan harapkan,
Bila pada akhirnya akan bernasib dan berakhir sama saja.
Menjadi orang baik adalah salah satu berhak utama.
Mukjijat tertinggi,
Ialah mampu melihat apa adanya,
Menyadari apa adanya,
Dan mulai sedikit demi sedikit,
Melepas belenggu karma yang merantai kita pada siklus roda samsara.
Tiada lagi terlahir kembali dalam rahim manapun.
Terbebas sepenuhnya.
Mereka yang masih mengharap terlahir kembali,
Untuk sekedar mencicipi manisnya madu,
Akan mendapati diri mereka mengenal kembali derita,
Bagai dua sisi dalam satu keping logam yang sama.
Kau pegang ekor seekor ular,
Kepala ular itu akan mematukmu.
Terbebas dari kebodohan batin,
Sepenuhnya,
Itulah mukjijat dan keajaiban yang sesungguhnya.
Manusia yang masih diliputi kekotoran batin,
Menutup mata mereka,
Sehingga tidak akan pernah mengenal Dhamma,
Kebenaran yang agung ini.
Indah pada awalnya,
Indah pada pertengahan,
Dan indah pada akhirnya.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.