MENTAL CURE FOR OUR MONKEY MIND

HERY SHIETRA Design & Artwork Factory
We are all sick,
Mentally ill.
No one is born as an intelligent and conscious.
Just as no one is being smart by itself without the learning process.
When everyone is born like a clean sheet of paper,
Why the world is becoming so bad?
War,
Corruption,
Destruction,
Dirty.
Every baby is born with an innate defilement past lives,
Bring the fruit of karma and defilements.
Life continues, due to defilement still attached.
When we in healthy condition,
We are actually looking for the disease.
When it became ill,
We are looking for a cure.
When it has been recovered,
We repeated the self destruct in a similar way.
Without interminable.
As it was, too, a rebirth in the womb occurs.
Bodily stomach knows the limit charge.
But often the insatiable hunger is our mind,
Our vision,
Our hearing,
Tactile our bodies,
The tasting our tongue,
What we smell.
This body is like a corpse,
But the mind is like a wild monkey.
Do not underestimate the defilement.
Do not be overestimated ourselves.
Let us not challenging defilement,
Because we will surely be defeated by him,
Subject to defilement.
Perform actions that resemble animals,
Who only know:
Eat, drink, have intercourse, sleep, and desire for power.
What are the differences between animals and humans, if so?
Even an animal is not as greedy as a human being.
An animal is ungrateful and do not deceive.
What we can do is to not feed our defilements,
In order that defilement does not develop and master self-jkita.
Once challenging and underestimated defilement,
Like disturbing a nest of snakes,
Snake that appears will peck you.
Sensual pleasure and mundane like a snake.
We hold the tail,
His head will peck us.
Is not to be a heavyweight boxer to conquer the defilements,
Nor become wealthy person with confidence could bribed defilements,
That on the contrary, has controlled by the the defilement.
Become more aware and conscious,
Is the only way to erode defilement,
By removing a grain-by-grain of dust that covered our eyes to cleaned up.
By sitting in silence,
Viewing ourselves,
Aware of the pain in our posture,
Realizing every inhaling and exhaling breaths we take,
Blend with full concentration,
Recognizing the boredom that plagued the mind,
Recognizing the phenomenon of mental and physical sensation ongoing and changing,
Realizing the unconscious get back take control of our minds,
Recognizing the insistence of desire within us,
Realizing memories ambush,
Realizing that sensory of awareness which triggers,
Aware of our posture,
Aware of our feelings,
Realizing everything changed,
Impermanent,
Entities without a permanent self named I AM,
Perfect freedom,
Disconnection of the shackles chain of karma,
There is no longer any born in the womb.
Everyone can easily praising, pleading, worship.
But not everyone is endure to meditate.
A soldier battlefield though is not necessarily the dare to face his fears and his own pain when sitting in meditation.
The biggest fear of mankind is:
Accept what we are,
Dissatisfaction,
And boredom.
That's it, the wild monkeys who do not know how to be quiet and calm.
By developing and practicing conscious exercise on our six senses,
We imprisoned the monkeys in our mind and body.
There is no longer a monkey on the loose jumping to and fro.
Fully controlled.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita semua adalah orang sakit,
Sakit mental.
Tak ada orang yang terlahir cerdas dan sadar.
Sebagaimana tak ada orang yang menjadi cerdas secara sendirinya tanpa proses belajar.
Bila setiap orang terlahir bagaikan lembaran kertas bersih,
Mengapa dunia ini menjadi demikian buruknya?
Perang,
Korupsi,
Pengrusakan,
Kotor.
Setiap bayi, terlahir dengan kekotoran batin bawaan kehidupan lampau,
Membawa serta buah karma dan kekotoran batin.
Kehidupan yang berlanjut, akibat kekotoran batin yang masih melekat.
Ketika sedang sehat,
Kita justru mencari-cari penyakit.
Ketika sudah menjadi sakit,
Kita mencari-cari obat penyembuh.
Ketika telah pulih,
Kita kembali mengulangi merusak diri dengan cara yang serupa.
Tanpa berkesudahan.
Seperti itu jugalah, kelahiran kembali dalam rahim terjadi.
Perut badaniah mengenal batas muatan.
Namun kerapkali yang lapar tak terpuaskan ialah pikiran kita,
Penglihatan kita,
Pendengaran kita,
Perabaan tubuh kita,
Pengecapan lidah kita,
Penciuman kita.
Tubuh ini tak ubahnya mayat,
Namun pikiran ini ibarat monyet liar.
Jangan remehkan kekotoran batin.
Jangan overestimated diri kita.
Janganlah kita menantang kekotoran batin,
Karena kita pasti akan dikalahkan olehnya,
Tunduk pada kekotoran batin.
Melakukan tindakan yang menyerupai hewan,
Yang hanya mengenal:
Makan, minum, sanggama, tidur, dan keinginan berkuasa.
Apa yang menjadi beda hewan dan manusia jika demikian?
Bahkan seekor hewan tidak setamak manusia.
Seekor hewan masih tahu berterimakasih dan tidak mengelabui.
Kita hanya dapat tidak memberi makan kekotoran batin kita,
Agar kekotoran batin tidak berkembang dan menguasai diri.
Sekali menantang dan meremehkan kekotoran batin,
Ibarat mengganggu sarang ular,
Ular yang muncul akan mematuk Anda.
Kenikmatan inderawi bagaikan seekor ular.
Kita pegang buntutnya,
Kepalanya akan mematuk kita.
Bukanlah menjadi petinju kelas berat untuk dapat menaklukkan kekotoran batin,
Bukan pula menjadi hartawan dengan keyakinan dapat menyogok kekotoran batinnya,
Yang justru sebaliknya, telah dikuasai kekotoran batin.
Menjadi lebih sadar dan berkesadaran,
Adalah satu-satunya cara mengikis kekotoran batin,
Sebutir demi sebutir debu yang menutupi mata kita dibersihkan.
Dengan cara duduk dalam hening,
Mengamati diri,
Menyadari rasa sakit dalam postur tubuh,
Menyadari setiap tarikan dan hembusan nafas kita,
Menyatu dengan penuh konsentrasi,
Menyadari rasa bosan yang melanda pikiran,
Menyadari sensasi fenomena batin dan fisik yang terus berlangsung dan berubah,
Menyadari ketidaksadaran kembali menguasai diri,
Menyadari desakan keinginan dalam diri,
Menyadari kenangan-kenangan ingatan masa lampau yang menyergap,
Menyadari kesadaran indera yang terpicu,
Menyadari postur tubuh kita,
Menyadari perasaan kita,
Menyadari segalanya berubah,
Tidak kekal,
Tanpa entitas diri yang kekal bernama AKU,
Kebebasan sempurna,
Terputusnya rantai belenggu karma,
Tiada lagi terlahir dalam rahim manapun.
Semua orang dapat dengan mudah memuji, memohon, menyembah.
Namun tak semua orang sanggup untuk bermeditasi.
Seorang prajurit medan tempur sekalipun belum tentu berani menghadapi ketakutan dan rasa sakit tatkala duduk bermeditasi.
Ketakutan terbesar manusia ialah:
Menerima diri apa adanya,
Ketidakpuasan,
Dan rasa bosan.
Itulah dia, si monyet liar yang tak kenal diam.
Dengan mengembangkan dan berpraktik latihan berkesadaran atas enam indera kita,
Kita mengkerangkeng monyet itu dalam pikiran dan tubuh kita.
Tiada lagi monyet yang berkeliaran.
Sepenuhnya terkendalikan.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.