JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

BEING FORTUNATE

Just because more fortunate,
Or maybe picking the abundance of good karma,
So he has the power,
Has many followers and supporters,
Having a lot of money to give him strength,
Makes it be arrogant,
With easy to harm others whose weaker than him,
Both economically,
Social,
And politically,
Without any slightest hint of fear,
Or guilt.
The majority oppresses the minority,
The haves treading dignity of the poor.
Above the wind,
Have the power,
Always tempting to be abused.
The fruit of good karma changed transformed into a toll road to hell.
The fruit of good karma gives facilities for those who pluck,
Not to be abused,
But to create a new goodness,
Fertilize parami toward level of sainthood higher self.
Those who do not know the right way to take advantage of good karma which being fruitful,
Will only make the fruit of good karma as a boomerang for himself.
Make it into a supercilious,
Arrogant,
smug,
Dictator,
Big head,
oppressive,
harassing,
Feeling impunity,
Unstoppable.
Unbeatable.
Untouched by anything.
Every desire,
Will come true,
Will have the support,
Without any significant resistance from the victims,
Because of good karma still being fruitful.
But when the good karma savings depleted,
Even depleted because never replanted,
He began to harvest and taste bitter,
Pangs of bad karma,
As a result of his own actions during life.
Conceited nature turned into bending,
Without power,
Without self-esteem,
Embarrassing,
Weak,
oppressed,
Cry,
Squealing,
Moaning,
Angry,
Restlessness,
Hopeless.
The whole world seemed to move against him.
The series of luck incarnate barrage of bad luck.
Untold.
Mercilessly.
Without mercy,
Karma bear fruit by not knowing compassion.
Pressing up to the point of pain.
Push to end the brink.
Deluded by the fruit of good karma,
Led to catastrophe for ourselves.
Healthy and strong at the moment,
Being arrogant,
rash,
oppressive,
Being deceitful,
Persecute,
Depriving them whose weaker,
Unstoppable.
Now, he only reap the bitter fruit,
Extremely making rain of tears.
Oh, how horrible to be arrogant,
Without introspection,
deceived,
Distracted,
By the sweetness of the bear fruit of good karma,
Abuse it.
Being a man who happened to be lucky,
Who happened to be in power,
Who happened to have the power,
Not to oppress the whose weaker.
The fruit of good karma can turn a shovel digging our own graves.
How terrible,
Foolish man dig his own grave,
Immersed in the intoxicating fruit of good karma,
Like a heady sweetness of the grapes.

© HERY SHIETRA Copyright.

Hanya karena lebih beruntung,
Atau mungkin sedang memetik karma baik yang melimpah,
Sehingga memiliki kekuasaan,
Memiliki banyak pengikut dan massa pendukung,
Memiliki banyak uang untuk memberinya kekuatan,
Membuatnya menjadi bersikap arogan,
Dengan mudahnya merugikan pihak lain yang lebih lemah,
Baik secara ekonomi,
Sosial,
Maupun politik,
Tanpa sedikit pun menunjukkan rasa takut,
Ataupun perasaan bersalah.
Kaum mayoritas menindas minoritas,
Kaum berpunya menginjak harga diri kaum miskin.
Berada diatas angin,
Memiliki kekuatan,
Selalu menggoda untuk disalahgunakan.
Buah karma baik berubah menjelma menjadi jalan tol menuju neraka.
Buah karma baik memberi fasilitas bagi mereka yang memetiknya,
Bukan untuk disalahgunakan,
Namun untuk membuat kebaikan baru,
Memupuk parami menuju tingkat kesucian diri yang lebih tinggi.
Mereka yang tidak tahu cara yang tepat untuk memanfaatkan karma baik yang sedang berbuah,
Hanya akan menjadikan buah karma baik sebagai bumerang bagi dirinya sendiri.
Menjadikannya congkak,
Arogan,
Pongah,
Diktator,
Besar kepala,
Penindas,
Melecehkan,
Merasa kebal hukum,
Tak dapat dihentikan.
Tak terkalahkan.
Tak tersentuh oleh apapun.
Setiap keinginannya,
Akan terkabulkan,
Akan mendapat dukungan,
Tanpa perlawanan berarti dari para korbannya,
Karena karma baiknya masih sedang berbuah.
Namun ketika tabungan karma baiknya menipis,
Bahkan habis karena tak pernah ditanam kembali,
Mulailah ia memanen dan merasakan pahit,
Getirnya karma buruk,
Akibat perbuatannya sendiri semasa hidup.
Sifat congkak berganti menjadi membungkuk,
Tanpa daya,
Tanpa harga diri,
Memalukan,
Lemah,
Tertindas,
Menangis,
Memekik,
Meronta,
Marah,
Gelisah,
Putus asa.
Seluruh dunia seakan bergerak untuk melawannya.
Rentetan nasib mujur menjelma rentetan nasib buruk.
Tak terperi.
Tanpa ampun.
Tanpa kenal belas kasihan,
Karma berbuah dengan tidak mengenal welas asih.
Menekan hingga titik nadir.
Mendorong hingga ujung tepi jurang.
Terperdaya oleh buah karma baik,
Berujung petaka bagi diri kita sendiri.
Dikala sehat dan kuat,
Bersikap arogan,
Gegabah,
Menindas,
Menculasi,
Menganiaya,
Merampas hak mereka yang lebih lemah,
Tak terhentikan.
Kini, dirinya hanya menuai buah pahit,
Yang amat sangat membuatnya bercucuran air mata.
Oh, betapa mengerikannya bersikap arogan,
Tanpa mawas diri,
Terperdaya,
Terlena,
Oleh manisnya karma baik yang berbuah,
Menyalahgunakannya.
Menjadi manusia yang kebetulan lebih beruntung,
Yang kebetulan sedang berkuasa,
Yang kebetulan sedang memiliki kekuatan,
Bukanlah untuk menindas kaum yang lebih lemah.
Buah karma baik dapat menjelma sekop yang menggali lubang kubur kita sendiri.
Betapa mengerikannya,
Manusia bodoh menggali lubang kuburnya sendiri,
Tenggelam dalam buah karma baik yang melenakan,
Bagai manisnya buah anggur yang memabukkan.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.