Just because more fortunate,
Or maybe picking the abundance of good karma,
So he has the power,
Has many followers and supporters,
Having a lot of money to give him strength,
Makes it be arrogant,
With easy to harm others whose weaker than him,
Both economically,
Social,
And politically,
Without any slightest hint of fear,
Or guilt.
The majority oppresses the minority,
The haves treading dignity of the poor.
Above the wind,
Have the power,
Always tempting to be abused.
The fruit of good karma changed transformed into a toll road to hell.
The fruit of good karma gives facilities for those who pluck,
Not to be abused,
But to create a new goodness,
Fertilize parami toward level of sainthood higher self.
Those who do not know the right way to take advantage of good karma which
being fruitful,
Will only make the fruit of good karma as a boomerang for himself.
Make it into a supercilious,
Arrogant,
smug,
Dictator,
Big head,
oppressive,
harassing,
Feeling impunity,
Unstoppable.
Unbeatable.
Untouched by anything.
Every desire,
Will come true,
Will have the support,
Without any significant resistance from the victims,
Because of good karma still being fruitful.
But when the good karma savings depleted,
Even depleted because never replanted,
He began to harvest and taste bitter,
Pangs of bad karma,
As a result of his own actions during life.
Conceited nature turned into bending,
Without power,
Without self-esteem,
Embarrassing,
Weak,
oppressed,
Cry,
Squealing,
Moaning,
Angry,
Restlessness,
Hopeless.
The whole world seemed to move against him.
The series of luck incarnate barrage of bad luck.
Untold.
Mercilessly.
Without mercy,
Karma bear fruit by not knowing compassion.
Pressing up to the point of pain.
Push to end the brink.
Deluded by the fruit of good karma,
Led to catastrophe for ourselves.
Healthy and strong at the moment,
Being arrogant,
rash,
oppressive,
Being deceitful,
Persecute,
Depriving them whose weaker,
Unstoppable.
Now, he only reap the bitter fruit,
Extremely making rain of tears.
Oh, how horrible to be arrogant,
Without introspection,
deceived,
Distracted,
By the sweetness of the bear fruit of good karma,
Abuse it.
Being a man who happened to be lucky,
Who happened to be in power,
Who happened to have the power,
Not to oppress the whose weaker.
The fruit of good karma can turn a shovel digging our own graves.
How terrible,
Foolish man dig his own grave,
Immersed in the intoxicating fruit of good karma,
Like a heady sweetness of the grapes.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Hanya karena lebih beruntung,
Atau mungkin sedang memetik
karma baik yang melimpah,
Sehingga memiliki kekuasaan,
Memiliki banyak pengikut dan
massa pendukung,
Memiliki banyak uang untuk
memberinya kekuatan,
Membuatnya menjadi bersikap arogan,
Dengan mudahnya merugikan
pihak lain yang lebih lemah,
Baik secara ekonomi,
Sosial,
Maupun politik,
Tanpa sedikit pun menunjukkan
rasa takut,
Ataupun perasaan bersalah.
Kaum mayoritas menindas
minoritas,
Kaum berpunya menginjak harga
diri kaum miskin.
Berada diatas angin,
Memiliki kekuatan,
Selalu menggoda untuk
disalahgunakan.
Buah karma baik berubah
menjelma menjadi jalan tol menuju neraka.
Buah karma baik memberi
fasilitas bagi mereka yang memetiknya,
Bukan untuk disalahgunakan,
Namun untuk membuat kebaikan
baru,
Memupuk parami menuju tingkat
kesucian diri yang lebih tinggi.
Mereka yang tidak tahu cara
yang tepat untuk memanfaatkan karma baik yang sedang berbuah,
Hanya akan menjadikan buah
karma baik sebagai bumerang bagi dirinya sendiri.
Menjadikannya congkak,
Arogan,
Pongah,
Diktator,
Besar kepala,
Penindas,
Melecehkan,
Merasa kebal hukum,
Tak dapat dihentikan.
Tak terkalahkan.
Tak tersentuh oleh apapun.
Setiap keinginannya,
Akan terkabulkan,
Akan mendapat dukungan,
Tanpa perlawanan berarti dari
para korbannya,
Karena karma baiknya masih sedang
berbuah.
Namun ketika tabungan karma
baiknya menipis,
Bahkan habis karena tak
pernah ditanam kembali,
Mulailah ia memanen dan
merasakan pahit,
Getirnya karma buruk,
Akibat perbuatannya sendiri
semasa hidup.
Sifat congkak berganti
menjadi membungkuk,
Tanpa daya,
Tanpa harga diri,
Memalukan,
Lemah,
Tertindas,
Menangis,
Memekik,
Meronta,
Marah,
Gelisah,
Putus asa.
Seluruh dunia seakan bergerak
untuk melawannya.
Rentetan nasib mujur menjelma
rentetan nasib buruk.
Tak terperi.
Tanpa ampun.
Tanpa kenal belas kasihan,
Karma berbuah dengan tidak
mengenal welas asih.
Menekan hingga titik nadir.
Mendorong hingga ujung tepi
jurang.
Terperdaya oleh buah karma
baik,
Berujung petaka bagi diri
kita sendiri.
Dikala sehat dan kuat,
Bersikap arogan,
Gegabah,
Menindas,
Menculasi,
Menganiaya,
Merampas hak mereka yang
lebih lemah,
Tak terhentikan.
Kini, dirinya hanya menuai
buah pahit,
Yang amat sangat membuatnya
bercucuran air mata.
Oh, betapa mengerikannya
bersikap arogan,
Tanpa mawas diri,
Terperdaya,
Terlena,
Oleh manisnya karma baik yang
berbuah,
Menyalahgunakannya.
Menjadi manusia yang
kebetulan lebih beruntung,
Yang kebetulan sedang
berkuasa,
Yang kebetulan sedang memiliki
kekuatan,
Bukanlah untuk menindas kaum
yang lebih lemah.
Buah karma baik dapat
menjelma sekop yang menggali lubang kubur kita sendiri.
Betapa mengerikannya,
Manusia bodoh menggali lubang
kuburnya sendiri,
Tenggelam dalam buah karma
baik yang melenakan,
Bagai manisnya buah anggur
yang memabukkan.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.