Free Choice Always Lies in Our Ability to be Honest with Ourselves

The greatest treasure of mankind,
It is free will and free choice,
That is the potential to choose and make decisions for himself,
It is not a being that lies outside of us.
Many of us,
Who do not even realize the hidden treasure within themselves.
The potential of free will and free choice thus,
Need to be sharpened and excavated,
In order not to become dull or even begin to rust.
The boundaries of free will and free choice are thus,
It is a taste of morality and a sense of responsibility as a dignified and civilized human being.
When the choice and free will are deprived of a person,
Through physical coercion and blind adherence ideology,
It is then that a person can no longer be called a human being,
But as a prisoner or as a slave.
Even,
A prisoner of war may choose to remain in possession of an independent mind and belief,
Though their bodies were handcuffed by heavy, strangling chains.
The main problem,
Not because we're in captivity or imprisoned,
But often,
We forget or neglect our free choice and our ability to have free will.
Choice and free will need to be addressed with wisdom,
Should we be silent, or have to take immediate action at that moment,
Whether we should say something, or temporarily hold back,
Do we have to save, or have to dare to invest,
Whether we should hide, or take risks against,
Do we have to bow down, or rebel,
Do we have to do it instantaneously, rovolution, or need to carry out evolution,
Whether we should hurry, or settle the matter for a while,
Should we agree, or object to,
Whether we should accept, or reject and argue,
Do we have to swallow, or vomit,
Whether we should choose to starve, or steal someone else's food,
Or when we are dealing with various situations felt dilemma though.
Maybe we feel cornered or depressed by an unfortunate circumstance,
But we always have a free choice to choose,
And often the wisest choice is the most painful and the most bitter option for us.
But is not the fact always bitter?
Nevertheless,
We will not be able to grow if we do not dare to face the pain and fear.
Forever we will be cowards,
Hiding behind the excuse there is no other choice,
Although we always have a free will to choose,
Even if the last option is to starve to death,
Instead of having to make others suffer from hunger due to the selfishness of ourselves.
Free choice always lies in our ability to be honest with ourselves.

© HERY SHIETRA Copyright.

Harta terbesar umat manusia,
Ialah kehendak bebas dan pilihan bebas,
Yakni potensi untuk memilih dan mengambil keputusan bagi dirinya sendiri,
Bukan suatu wujud yang terletak diluar diri kita.
Banyak diantara kita,
Yang bahkan tidak menyadari harta terpendam didalam diri mereka sendiri.
Potensi kehendak bebas dan pilihan bebas demikian,
Perlu diasah dan digali,
Agar tidak menjadi tumpul atau bahkan mulai berkarat.
Batasan dari kehendak bebas dan pilihan bebas demikian,
Ialah citarasa moralitas dan rasa bertanggung jawab sebagai manusia yang bermartabat sekaligus beradab.
Ketika pilihan dan kehendak bebas tersebut dicabut dari diri seseorang,
Lewat paksaan fisik maupun ideologi kepatuhan membuta,
Maka pada saat itulah seseorang tidak lagi dapat disebut sebagai seorang manusia,
Namun sebagai seorang tawanan atau sebagai seorang budak.
Bahkan,
Seorang tawanan perang sekalipun dapat memilih untuk tetap memiliki pikiran dan keyakinan yang merdeka,
Sekalipun tubuh mereka diborgol oleh rantai yang berat dan mencekik.
Masalah utamanya,
Bukan karena kita sedang ditawan atau dipenjara,
Namun kerap terjadi,
Kita lupa atau abai terhadap pilihan bebas dan kemampuan kita untuk memiliki kehendak bebas.
Pilihan dan kehendak bebas perlu disikapi dengan kebijaksanaan,
Apakah kita harus bersikap diam, atau harus mengambil tindakan segera pada saat itu,
Apakah kita harus mengucapkan sesuatu, atau untuk sementara menahan diri,
Apakah kita harus menabung, atau harus berani berinvestasi,
Apakah kita harus bersembunyi, atau mengambil resiko melawan,
Apakah kita harus tunduk, atau berontak,
Apakah kita harus melakukan secara seketika, revolusi, atau perlu menjalankan evolusi,
Apakah kita harus terburu-buru, atau mengendapkan masalah itu untuk sementara waktu,
Apakah kita harus setuju, atau menyatakan keberatan,
Apakah kita harus menerima, atau menolak dan membantah,
Apakah kita harus menelan, atau memuntahkannya,
Apakah kita harus memilih untuk kelaparan, ataukah mencuri makanan milik orang lain,
Atau dikala kita berhadapan dengan berbagai keadaan yang dirasakan dilematis sekalipun.
Mungkin kita merasa tersudutkan atau tertekan oleh suatu keadaan yang tidak menguntungkan,
Namun kita selalu memiliki pilihan bebas untuk memilih,
Dan seringkali pilihan yang paling bijak ialah pilihan yang paling menyakitkan sekaligus paling pahit bagi diri kita.
Akan tetapi bukankah fakta selalu pahit adanya?
Meski demikian,
Kita tidak akan mampu bertumbuh bila tidak berani menghadapi rasa sakit dan rasa takut itu.
Selamanya kita akan menjadi pengecut,
Yang bersembunyi dibalik alasan tiada pilihan lain,
Meski sejatinya kita selalu memiliki kehendak bebas untuk memilih,
Sekalipun opsi terakhirnya itu ialah untuk mati kelaparan,
Daripada harus membuat orang lain menderita kelaparan akibat keegoisan diri kita sendiri.
Pilihan bebas selalu terletak pada kemampuan kita untuk bersikap jujur terhadap diri kita sendiri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.