The Stone Head, Hard Like a Rock

Ignorance does not know the age,
Ignorance also do not know the gender,
Not knowing race,
Not recognize color,
Does not recognize ethnicity,
Not recognize citizens,
Not knowing educated or uneducated,
Not knowing rich or poor,
Do not know handsome or ugly.
Ignorance is owned and attached to every living creature.
Without exception.
There was no such a race, which since birth,
Born holy and wise.
Nothing is also an ethnic,
Which is destined to become righteous,
And other ethnic be the bad guy.
Man becomes good or bad,
Not because of his birth,
But because of his behavior,
The quality of his soul,
Because of his free choices.
Every human,
Both white or black,
Both the woman or man,
Both the English and German-speaking,
Both thin nor fat,
All have the potential to do wrong and evil,
And all of that,
Has the potential to do good and to purify themselves.
What for,
God gave birth to humans only for predestined to hell from the beginning of creation?
Every human being has the potential of so-called free choice,
Regardless of gender,
Regardless of its citizens,
Regardless of skin color,
Whatever your mother tongue,
Whatever the profession,
Whatever his background.
Every human,
Ever was born as a woman,
Ever was also born as a man,
No exception had also born as a white,
Born as black,
Born as royalty,
Born as a vagrant,
Born as dignitaries,
Born as a defect,
And had also been born with physical captivating.
We all have the same potential,
Only the color is different.
The yellow color does not more qualified than the purple color,
The green color is not better than an orange color,
And the red color does not more beautiful than blue.
Each color has its own character and charm.
Everyone has the same potential,
Potential to choose to enter the abyss of ignorance,
Or choose to climb the hill freedom from ignorance.
No one is born intelligent naturaly
No one is to be smart without learning.
Similarly people who are struggling to purify themselves,
Or not be the monopoly of a particular person.
As well as,
Ignorance was not the monopoly of a certain class of people.
Each of us need to guard against our own ignorance.
Our opponents are not invaders from the outside,
But ignorance of our own.
It never looked at skin color or class.
Once we careless
Then we will be mired in ignorance.
Ignorance means,
No fear and no shame,
To hurt yourself,
Or hurt others.
And that is what is referred to as,
Seed of suffering.
Something called a true,
Not because it was right by nature,
However, based on the results of verification.
Although we believe that the Sun orbits the Earth,
The Sun remains the Sun itself,
Earth and Earth is still spinning around the sun,
Whatever we believe,
Although we believe that on the contrary,
The Sun never around the Earth.
We just need to adjust on the truth,
Not truth adjust to what we believe.
Do not be stubborn.
Stone in the river is still even harder than our heads.
There is nothing more I feared,
Instead of my own ignorance.
The belief which educate, open our eyes,
Not shut and blinds us.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kebodohan batin tak mengenal usia,
Kebodohan batin juga tak mengenal gender,
Tak mengenal ras,
Tak mengenal warna kulit,
Tak mengenal etnis,
Tak mengenal warga negara,
Tak mengenal berpendidikan atau tidak berpendidikan,
Tak mengenal kaya atau miskin,
Tak mengenal tampan atau buruk rupa.
Kebodohan batin dimiliki dan melekat pada setiap makhluk hidup.
Tanpa terkecuali.
Tak ada ras yang sejak lahir,
Terlahir suci dan bijaksana.
Tak ada juga suatu etnis,
Yang ditakdirkan untuk menjadi orang benar,
Dan etnis lain menjadi orang jahat.
Manusia menjadi baik atau buruk,
Bukan karena kelahirannya,
Namun karena perilakunya,
Kualitas jiwanya,
Karena pilihan bebasnya.
Setiap manusia,
Baik yang berkulit putih atau berkulit hitam,
Baik yang wanita atau pria,
Baik yang berbahasa Inggris maupun yang berbahasa Jerman,
Baik yang kurus maupun yang gemuk,
Semua memiliki potensi untuk berbuat salah dan jahat,
Dan semua orang itu pula,
Memiliki potensi untuk berbuat baik dan mensucikan diri.
Untuk apakah,
Tuhan melahirkan manusia hanya untuk ditakdirkan menuju neraka sejak dari awal diciptakan?
Setiap manusia memiliki potensi yang disebut pilihan bebas,
Apapun gendernya,
Apapun warga negaranya,
Apapun warna kulitnya,
Apapun bahasa ibunya,
Apapun profesinya,
Apapun latar belakang kehidupannya.
Setiap manusia,
Pernah terlahir sebagai seorang wanita,
Pernah juga terlahir sebagai seorang pria,
Tak terkecuali terlahirkan sebagai seorang kulit putih,
Terlahir sebagai kulit hitam,
Terlahir sebagai bangsawan,
Terlahir sebagai gelandangan,
Terlahir sebagai orang terpandang,
Terlahir sebagai cacat,
Dan pernah pula terlahir dengan fisik menawan.
Kita semua punya potensi yang sama,
Hanya saja warnanya yang berbeda.
Warna kuning tak lebih berkualitas dari warna ungu,
Warna hijau tak lebih baik dari warna oranye,
Dan warna merah tak lebih indah dari warna biru.
Setiap warna memiliki karakter dan pesonanya sendiri.
Setiap orang memiliki potensi yang sama,
Potensi untuk memilih memasuki jurang kebodohan,
Atau memilih untuk menapaki bukit kebebasan dari kebodohan.
Tak ada orang yang terlahir cerdas secara alamiahnya.
Tak ada orang yang menjadi pandai tanpa belajar.
Begitupula orang yang berjuang untuk mensucikan diri,
Bukan menjadi monopoli kaum atau orang tertentu.
Sama halnya,
Kebodohan batin pun bukan monopoli golongan orang tertentu.
Masing-masing dari kita perlu waspada terhadap kebodohan batin kita sendiri.
Lawan kita bukanlah penjajah dari luar,
Tapi kebodohan batin kita sendiri.
Ia tidak pernah memandang warna kulit ataupun golongan.
Sekali kita lengah,
Maka kita akan terperosok dalam kegelapan batin.
Kegelapan batin artinya,
Tak takut dan tak malu,
Untuk menyakiti diri sendiri,
Ataupun menyakiti orang lain.
Dan itulah yang disebut sebagai,
Benih penderitaan.
Sesuatu disebut sebagai benar,
Bukan karena sudah benar dari sananya,
Namun berdasarkan hasil pembuktian.
Sekalipun kita percaya matahari yang mengelilingi Bumi,
Matahari tetaplah matahari,
Dan Bumi tetaplah Bumi yang berputar mengitari matahari,
Apapun yang kita yakini,
Sekalipun kita meyakini yang sebaliknya,
Matahari tak pernah mengelilingi Bumi.
Hanya kita yang perlu menyesuaikan diri pada kebenaran,
Bukan kebenaran yang menyesuaikan diri pada apa yang kita yakini.
Janganlah keras kepala.
Batu di sungai masih lebih keras daripada kepala kita.
Tak ada yang lebih kutakutkan,
Ketimbang kebodohan batinku sendiri.
Keyakinan yang mencerdaskan membuka mata kita,
Bukan menutup dan membutakan mata kita.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.