JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

When a Wild Monkey Becomes the Leader of Our Mind

If we can walk straight, why choose to take a winding path?
When I was a kid,
There was a cartoon on television,
The story of the car race,
Where a racer who becomes a villain,
Always try to cheat other riders when competing.
Surprisingly, the cheater racer often told has drove in pole position,
Nevertheless,
The cheat racer always took the time to set a trap and try to harm other racers.
One of my best friends then commented on the cartoon story,
The cheater racer is far away in the front position, why he does not just keep on driving his car and winning the competition. Why should he stop his vehicle to cheat another rider in the back?
The words of my friend there is a point,
For what the cunning riders want to bother themselves to cheat other racers,
While he is at the forefront and will certainly win the race if he continues to spur his car.
Is not that strange?
Is the cartoon maker too stupid to be able to realize that silly thing?
Or is that social phenomenon occurring in our sick society?
There is also a story of a drama movie that I recently witnessed,
A story about a figure who has lived a prosperous life,
But in order to pursue an obsession,
Dare to commit any crime,
So in the end,
The figures lose everything.
He or she has wealth and power,
But in order to pursue greater power,
In the end, he collapsed and lost everything.
If only he would appreciate what was already there,
Not pursuing an unnecessary obsession,
And want to realize many people who live not as fortunate as he,
Then all the prosperity that has been there, will not disappear like swallowed by the earth.
Recently there is also a surprising news,
A high state officials arrested by the police because of corruption.
The official has taken pains to pursue a career to reach the position of a governor.
But all the effort and hard work was damaged just because of corruption.
If only he would realize how lucky he was,
Can be a governor,
While there are still many people out there who have low positions or even no job at all,
So for what else, he did corruption?
Income as a governor is not small,
Yet why one fails to realize how lucky he is,
Pursuing an endless obsession of desire,
Even doing foul and dirty ways,
Until finally lost everything.
Everything that has been built with great difficulty,
Crumble in the blink of an eye.
We all know,
Build a reputation,
It is difficult.
While,
Damaging good name,
Can be done in the blink of an eye.
Just as when we complain that we can only eat simple food as it is,
While we do not want to realize the number of other humans in the other hemisphere, died because of starvation or malnutrition.
When it's been hard to collect an academic degree,
Received the title of cum laude predicate,
Obtained honorary doctor honorary causa,
Then all the degrees of scholarship are no longer meaningful, when he was caught red-handed doing unlawful acts.
Being a human being who has no knowledge,
It is difficult.
But when a person has a wide range of knowledge and a myriad of academic degrees,
Instead of realizing how much of a chance he would develop in the future,
All that potential is lost only because of an obsession that is out of place.
Himself has a myriad of science,
Himself has had a series of academic degrees,
Himself has a high power,
Himself has more than enough wealth,
Himself has talents and tremendous potential,
Himself has all the resources to win the competition in this life,
But why,
Instead of choosing to walk straight and continue the straight journey,
By having all the capital and luck that already exist,
But instead chose to take a winding path that will ultimately take him to the abyss of adversity?
Evidently,
We not only need to be aware, that build a reputation and prosperity is difficult,
We not only need to realize that damage the reputation and prosperity is as easy as it seems.
But we need to realize when we are already in a position of luck,
And no need to obsess on something that does not need to be an obsession.
We need to be wary of and control our wild minds, which resemble wild monkeys.
When the wild mind is negligent for us to control,
So that wild monkey will then take over our lives.
We already know what will happen,
When a wild monkey becomes the leader of our mind.

© HERY SHIETRA Copyright.

Bila kita bisa berjalan lurus, mengapa harus memilih untuk mengambil jalan yang berliku?
Ketika aku masih kecil,
Ada sebuah tayangan kartun di televisi,
Berkisah tentang pacuan mobil,
Dimana seorang pembalap yang menjadi tokoh penjahat,
Selalu mencoba mencurangi para pembalap lainnya saat berkompetisi.
Anehnya, si pembalap curang seringkali diceritakan telah melaju di posisi terdepan,
Meski demikian,
Si pembalap curang selalu menyempatkan diri memasang jebakan dan mencoba mencelakai para pembalap lain.
Salah seorang sahabatku kemudian mengomentari kisah kartun itu,
Si pembalap curang sudah berada jauh di posisi paling depan, mengapa ia tidak terus saja memacu mobilnya dan memenangkan kompetesi. Mengapa ia harus berhenti untuk mencurangi pembalap lain yang berada di belakang?
Perkataan sahabatku itu ada benarnya,
Untuk apa si pembalap licik mau merepotkan diri untuk mencurangi pembalap lain,
Sementara ia sudah di posisi terdepan dan pastilah akan memenangi lomba jika ia terus memacu mobilnya.
Bukankah itu aneh?
Apakah si pebuat kartun terlampau bodoh untuk mampu menyadari hal sekonyol itu?
Ataukah, memang demikian fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita yang sedang sakit ini?
Ada pula kisah film drama yang baru-baru ini aku saksikan,
Berkisah tentang seorang tokoh yang sudah hidup makmur,
Namun demi mengejar obsesi,
Memberanikan diri untuk melakukan segala kejahatan,
Sehingga pada akhirnya,
Sang tokoh kehilangan segalanya.
Dirinya telah memiliki kekayaan serta kekuasaan,
Namun demi mengejar kekuasaan yang lebih besar,
Justru ia terpuruk dan kehilangan segalanya.
Bila saja ia mau menghargai apa yang sudah ada,
Tidak mengejar obsesi yang tidak perlu dikejar,
Dan mau menyadari banyak orang yang hidup tidak seberuntung dirinya,
Maka segala kemakmuran yang ada tidak akan sirna bagai ditelan bumi.
Baru-baru ini juga terdapat sebuah kabar berita mengejutkan,
Seorang pejabat tinggi negara tertangkap polisi karena melakukan korupsi.
Sang pejabat telah bersusah payah meniti karir hingga mencapai jabatan seorang gubernur.
Namun semua usaha dan jirih payah itu rusak hanya karena aksi korupsi.
Jika saja dirinya mau menyadari betapa beruntung dirinya,
Dapat menjadi seorang gubernur,
Sementara masih banyak orang di luar sana hanya memiliki jabatan rendah atau bahkan tidak memiliki pekerjaan sama sekali,
Maka untuk apa lagi melakukan korupsi?
Pendapatan sebagai seorang gubernur tidaklah sedikit,
Namun mengapa seseorang gagal untuk menyadari betapa beruntung dirinya,
Mengejar obsesi keinginan yang tidak ada habisnya,
Bahkan melakukan cara-cara curang dan kotor,
Sampai akhirnya kehilangan segalanya.
Segala yang telah dibangun dengan susah payah,
Runtuh dalam sekejap mata.
Kita semua tahu,
Membangun reputasi,
Adalah sukar.
Sementara,
Merusak nama baik,
Dapat dilakukan dalam sekejap mata.
Sama seperti ketika kita mengeluh karena hanya dapat makan makanan sederhana apa adanya,
Sementara kita tidak mau menyadari banyaknya manusia-manusia lain di belahan bumi lain, meninggal karena kelaparan ataupun kekurangan gizi.
Ketika sudah bersusah payah mengumpulkan gelar akademik,
Meraih gelar predikat cum laude,
Memperoleh gelar kehormatan doctor honoris causa,
Lalu semua gelar kesarjanaan itu tiada artinya lagi ketika dirinya tertangkap tangan melakukan perbuatan melawan hukum.
Menjadi seseorang manusia yang tidak memiliki pengetahuan,
Adalah sukar.
Namun ketika seseorang telah memiliki berbagai pengetahuan dan segudang gelar akademik,
Bukannya menyadari betapa besar kesempatan dirinya untuk berkembang di masa mendatang,
Segala potensi itu sirna hanya karena obsesi yang tidak pada tempatnya.
Dirinya telah memiliki segudang ilmu pengetahuan,
Dirinya telah memiliki sederet gelar akademik,
Dirinya telah memiliki kekuasaan yang tinggi,
Dirinya telah memiliki harta kekayaan yang lebih dari cukup,
Dirinya telah memiliki talenta dan potensi yang luar biasa,
Dirinya telah memiliki segala sumber daya untuk memenangkan kompetisi dalam hidup ini,
Namun mengapa,
Bukannya memilih untuk berjalan secara lurus dan melanjutkan perjalanan lurus itu,
Dengan bekal segala keberuntungan yang telah ada,
Namun justru memilih untuk mengambil jalan berliku sehingga pada akhirnya mengantar dirinya pada jurang keterpurukan?
Ternyata,
Kita bukan hanya perlu menyadari bahwa membangun reputasi dan kemakmuran adalah sukar,
Kita bukan hanya perlu menyadari bahwa merusak reputasi dan kemakmuran adalah semudah membalik telapak tangan.
Namun kita perlu menyadari ketika diri kita sudah dalam posisi yang cukup beruntung,
Dan tidak perlu lagi untuk terobsesi pada sesuatu yang tidak perlu dijadikan obsesi.
Kita perlu mewaspadai dan mengontrol pikiran liar kita yang menyerupai monyet yang liar.
Ketika pikiran yang liar itu lalai untuk kita kendalikan,
Maka monyet liar itulah yang kemudian akan mengambil alih hidup kita.
Kita sudah tahu apa yang akan terjadi,
Ketika seekor monyet liar menjadi pemimpin dari pikiran kita.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.