JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Write Our Own Fairy Tale Life

In a stories were written by a human being,
However dark and grim storyline of the story,
However rotten the characters in the stories were written,
Anything as dirty background,
The intrigues of foul and disgusting coloring the course of the story,
Figures were good and brave always alive and win in the end.
Although the reality proved otherwise,
But why the whole fiction essays written by human, since ancient times,
Up to the present moment, always with the same end,
Happy ending.
And always a happy ending.
While we are who experiencing firsthand the cruel and unfair life is,
Infatuated with fictional stories with a happy ending.
Are we trying to deceive ourselves,
Expecting that really good people will be saved,
The good guys will win,
And the good people will always be happy in the end?
Whenever we always be disappointed by the reality of life,
Reality which sickening,
Where idealism will only make you dead shreds.
Why artificial stories inscribed by human hands,
Even more beautiful than the fate of mankind?
Beliefs expressed and taught us,
That human being was created by God,
And God is Almighty.
So,
Why does not God have the ability and power to make the life of mankind,
At least equal sweetness with tales of imaginary man-made?
Humanity is now only able to entertain themselves by trying to inject the belief that he is being tried.
So,
Where is the omniscient God, if God still need to try his own creation?
Man was created as it is,
So who have erred,
The creation,
Or is its creator?
Various trust then offered the concept of speculation as to what is referred to as heaven,
Even shortcut to heaven with enough to worship God,
The figure of oppressive despot like a king,
Threaten and make his own creation suffering only because human refused to acknowledge his existence,
And be joyful when he praised worshiped, so that the whole grant the wishes of the devotees.
When God was personified as a figure tyrant crazy about adoration,
If God which the Supreme Good Heart harm human beings simply because they refused worship him,
Better then I swallow the bitter pill by defying the figure of the super power,
Even hell wide open under the foot.
For mankind ever and have a taste hell on earth,
There is no longer daunted by any natural hell.
Like the story of Hercules,
Who rebelled against the power of Zeus.
At least we close our life as someone who dared to take a stand for our own lives,
Not subject to the tyranny of the ruler of life,
Do not turn a blind eye as a sycophant and losers that can only bend the knees, for the sake of enjoyment of life be given.
Although bitter,
At least we write our own destiny as a person who lived and died on our own feet,
Not as a beggar who must always beg the ruler of fate.

© HERY SHIETRA Copyright.

Dalam sebuah kisah yang ditulis oleh seorang manusia,
Segelap dan sekelam apapun alur cerita dalam kisah tersebut,
Sebusuk apapun para tokoh di dalamnya,
Sekotor apapun latar belakangnya,
Intrik-intrik busuk dan menjijikkan yang mewarnai jalannya kisah,
Tokoh yang baik dan pemberani selalu hidup dan menang pada akhirnya.
Meski realita berkata lain,
Namun mengapa seluruh kisah-kisah fiksi karangan manusia sejak dahulu kala,
Hingga saat kini, selalu dengan akhir yang serupa,
Akhir yang membahagiakan.
Happy ending.
Dan kita yang merasakan langsung kejam dan tidak adilnya hidup ini,
Tergila-gila akan kisah-kisah rekaan yang berakhir bahagia.
Apakah kita sedang berupaya membohongi diri kita sendiri,
Mengharap bahwa benar orang baik akan selamat,
Orang baik pasti akan menang,
Dan orang baik akan senantiasa berbahagia pada akhirnya?
Setiap kali kita selalu dibuat kecewa oleh kenyataan hidup,
Realita yang memuakkan,
Dimana idealisme justru akan membuatmu tewas tercabik-cabik.
Mengapa kisah-kisah buatan yang ditorehkan oleh tangan-tangan manusia,
Justru lebih indah daripada nasib umat manusia?
Berbagai keyakinan menyatakan,
Bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan,
Dan Tuhan adalah Maha Kuasa.
Lantas,
Mengapa Tuhan tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk membuat kisah hidup umat manusia,
Setidaknya sama manisnya dengan kisah-kisah rekaan buatan manusia?
Umat manusia kini hanya mampu menghibur diri dengan mencoba menyuntikkan keyakinan bahwa dirinya sedang dicoba.
Jadi,
Dimanakah letak Maha Tahu dari Tuhan bila Tuhan masih butuh mencoba ciptaannya sendiri?
Manusia diciptakan demikian apa adanya,
Jadi siapa yang telah keliru,
Sang ciptaan,
Ataukah penciptanya?
Berbagai kepercayaan kemudian menawarkan konsep spekulasi mengenai apa yang disebut sebagai surga,
Bahkan jalan pintas menuju surga dengan cukup menyembah Tuhan,
Sosok raja yang lalim,
Mengancam dan membuat derita ciptaannya sendiri hanya karena tak mau mengakui eksistensi dirinya,
Dan menjadi girang ketika dirinya dipuja-puji sehingga mengabulkan seluruh keinginan para pemujanya.
Bila Tuhan dipersonifikasi sebagai sosok raja lalim yang tergila-gila pada puja-puji,
Bila Tuhan yang Maha Baik Hati mencelakai umat manusia hanya karena tidak mau menyembah dirinya,
Maka lebih baik saya menelan pil pahit dengan membangkang pada sosok super kuasa tersebut,
Sekalipun neraka terbuka lebar dibawah kaki.
Bagi umat manusia yang pernah dan telah merasakan neraka dunia,
Tiada lagi gentar dengan neraka di alam manapun.
Bagaikan kisah mengenai Hercules,
Yang memberontak terhadap kekuasaan Zeus.
Setidaknya kita menutup hidup kita sebagai seseorang yang berani untuk mengambil sikap bagi hidup kita sendiri,
Tidak tunduk pada kelaliman penguasa kehidupan,
Tidak menutup mata sebagai seorang penjilat dan pecundang yang hanya dapat bertekuk lutut demi diberi kenikmatan hidup.
Meski pahit,
Setidaknya kita menulis nasib hidup kita sendiri sebagai seseorang yang hidup dan mati diatas kaki kita sendiri,
Bukan sebagai seorang pengemis yang harus selalu mengemis pada sang penguasa nasib.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.