JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

The Suffering of a Coward

We are talking in a screaming way,
Because of fear, that our speech is not heard or noticed.
We speak by cutting off the words of others,
Because we are afraid that our opinions will not be communicated to the other person.
We always talk barrily without giving the other person a chance to talk,
Because we are afraid of forgetting to convey our entire thoughts.
We speak exaggeratedly everything,
Because we fear that others can not understand our condition.
We speak without ever wanting to hear the statements or sayings of others,
Because we are afraid of the possibility that we may be wrong, so close our ears by just opening our mouths to voice unilaterally.
For fear of all these things,
We become irritable,
Defensive,
Where defensive then transformed into offensive.
We become angry and offensive,
For fear of being hurt or harmed,
Or the backdrop of hope, so that we are not constantly hurt.
But there is no guarantee that bad people will not harm us,
When we behave scary.
The bad guys will still hurt us,
Even if we are hard or friendly,
So the true feeling of our fear is irrelevant.
The bad guys,
Basically it is evil and will continue to hurt others.
But the evil one is the bad guys who can not appreciate the lives of others,
It is not us who are the victims,
So it's not us who should at most panic,
But the evil ones that most need to be afraid, to the fruits of karma the result of their evil deeds.
Someone is called a brave,
If even if his speech is not heard or his condition is not understood by others without a lot of talk,
Then he will not force the wicked to be aware and be a good person.
When those people choose to be rotten humans who are difficult to be advised,
So it is their own affairs.
Even because of fear and anxiety,
Not infrequently, we are demeaning our own dignity,
With the hope of others will respect and appreciate ourselves aspirations.
How could it be,
Wishing others to appreciate us,
While we fail to appreciate our own dignity.
We need not be afraid when others are not wise enough to understand our condition.
Because we are the most knowledgeable of the conditions and circumstances surrounding ourselves,
And at the same time we become aware of how unwise people who have harassed or hurt us.
Who should feel fear is,
Those who do evil intentionally or by their negligence,
The police officers who just do not protect civilians,
The clerics who take advantage of religion, by making their followers as cows to be milked,
Powerful people who abuse their power,
People who become rich by taking the property of others,
Those who escaped from the law even though he committed a foul.
The proverb tells,
Those who live from the sword,
Will die from the sword.
We need not be obsessed with hoping that others will not misunderstand us.
Because who should be afraid,
It is someone else who makes his own assumptions, thus slipping in a misunderstanding about us.
We should not be afraid of being a victim of misunderstandings,
Because, enough ourselves to understand ourselves well.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita berbicara secara berteriak-teriak,
Karena takut ucapan kita tidak didengarkan ataupun diperhatikan.
Kita berbicara dengan memotong ucapan orang lain,
Karena kita takut pendapat kita tidak disampaikan kepada lawan bicara kita.
Kita selalu berbicara secara bertubi-tubi tanpa memberi kesempatan lawan bicara kita untuk berbicara,
Karena kita takut lupa menyampaikan seluruh isi pikiran kita.
Kita berbicara secara melebih-lebihkan segala sesuatunya,
Karena kita takut bahwa orang lain tidak dapat mengerti kondisi diri kita.
Kita berbicara tanpa pernah mau mendengar pernyataan atau perkataan orang lain,
Karena kita takut akan peluang bahwa sebenarnya kita telah keliru sehingga menutup telinga kita dengan hanya mau membuka mulut untuk bersuara secara sepihak.
Karena takut pada semua hal itu,
Kita menjadi mudah marah,
Defensif,
Dimana defensif kemudian menjelma menjadi ofensif.
Kita menjadi marah dan ofensif,
Karena takut disakiti atau dirugikan,
Atau dilatarbelakangi harapan agar tidak terus-menerus disakiti.
Namun tiada jaminan orang jahat tidak akan menjahati kita,
Ketika kita bersikap menakutkan.
Orang jahat tetap akan menyakiti kita,
Sekalipun kita bersikap keras maupun bersikap ramah,
Sehingga sejatinya perasaan takut kita, tidaklah relevan.
Orang-orang jahat,
Secara dasariahnya memang jahat dan akan terus menyakiti orang lain.
Namun yang jahat ialah orang-orang jahat itu,
Bukanlah kita yang merupakan korbannya,
Sehingga bukanlah kita yang paling harus panik,
Namun orang-orang jahat itu yang paling harus merasa takut atas buah karma hasil dari perbuatan jahat mereka.
Seseorang disebut sebagai pemberani,
Bila sekalipun ucapannya tidak didengarkan atau kondisinya tidak mau dipahami oleh orang lain secara tanpa banyak bicara,
Maka dirinya tidak akan memaksa orang-orang jahat itu untuk sadar dan menjadi orang baik.
Bila orang-orang itu memilih untuk menjadi manusia busuk yang sukar dinasehati,
Maka itu adalah urusan diri mereka masing-masing.
Bahkan karena diluputi ketakutan dan kecemasan,
Tidak jarang kita justru menjelek-jelekkan diri kita sendiri,
Dengan harapan orang lain akan menaruh hormat dan menghargai kepentingan dan aspirasi diri kita.
Bagaimana mungkin,
Mengharap orang lain menghargai diri kita,
Sementara kita gagal untuk menghargai martabat diri kita sendiri.
Kita tidak perlu takut bila orang lain tidak cukup bijak untuk memahami kondisi kita.
Karena kita yang paling tahu benar akan kondisi dan keadaan diseputar diri kita sendiri,
Dan disaat bersamaan kita menjadi tahu betapa tidak bijaksananya orang-orang yang telah melecehkan atau menyakiti diri kita.
Yang semestinya merasa takut ialah,
Orang-orang yang berbuat jahat secara sengaja maupun karena kelalaiannya,
Para polisi yang tidak bertugas melindungi masyarakat,
Para agamawan yang mengambil keuntungan dari agama dengan menjadikan umat sebagai sapi perahan,
Orang-orang berkuasa yang menyalahgunakan kekuasaannya,
Orang-orang yang menjadi kaya dengan mengambil hak milik orang lain,
Orang-orang yang lolos dari jerat hukum sekalipun dirinya melakukan pelanggaran.
Pepatah berpesan,
Mereka yang hidup dari pedang,
Akan mati dari pedang.
Kita tidak perlu terobsesi untuk berharap agar orang lain tidak salah paham terhadap kita.
Karena yang semestinya merasa takut,
Ialah orang lain yang membuat asumsi sendiri sehingga tergelincir dalam salah paham tentang diri kita.
Kita tidak perlu takut menjadi korban salah paham,
Sebab, cukuplah diri kita sendiri untuk memahami diri kita sendiri dengan baik.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.