Living in a False Belief, Being a Victim of Self-Belief

Perhaps we have long wondered,
Why to get acquainted with ourselves,
We need to fight hard in meditation?
To answer that simple question,
Maybe we should try to contemplate a place,
Like a hospital.
If this body is indeed ourselves,
Why do we need others to check and treat it?
If this body is indeed ourselves,
Why to be able to know our own body,
We need to pay expensive to study in the faculty of medicine and treatment?
If this body is indeed ME,
So why does this body cause pain sensation when sitting without changing posture for an hour?
If this body is indeed ME,
Why can a disease develop in this body?
If this body is indeed ME,
Why can not I determine the shape of my own face that requires facial cosmetic surgery?
If this body is indeed ME,
Why can not I manage my own body growth?
Meanwhile,
At the same time,
If this mind or soul is indeed ME,
So why bother to visit a psychologist just to know my own talents and talents?
If this mind or soul is indeed ME,
Why do I need the services of a counselor to consult my mental and subconscious matters?
If this mind or soul is indeed ME,
Why are almost all components of my life dominated by the subconscious?
If this mind or soul is indeed ME,
Why can not I control my own thoughts?
If this mind or soul is indeed ME,
Why am I able to feel dislike of certain tastes, smells, or certain sights and sounds?
If this mind or soul is indeed ME,
Why can I forget where I put the house key this morning or forget when I made an appointment with a best friend?
If this mind or soul is indeed ME,
Why is there a drive to do evil and a desire to hurt myself from within myself?
If this soul or mind is an everlasting entity,
Then man will not change,
Turned from good to bad,
Or vice versa from bad to good.
When the soul or the human mind is eternal,
Then it is impossible for man to strive to become a Buddha,
Since a Buddha has attained Arahatship,
Where the arahant will not be reborn in any womb.
Are we still attached to false assumptions,
As though there is an eternal self entity called I AM?

© HERY SHIETRA Copyright.

Mungkin selama ini kita telah lama bertanya-tanya,
Mengapa untuk berkenalan dengan diri kita sendiri,
Kita perlu berjuang keras dalam bermeditasi?
Untuk menjawab pertanyaan sederhana tersebut,
Mungkin sebaiknya kita perlu mencoba merenungkan sebuah tempat,
Seperti sebuah rumah sakit.
Bila tubuh ini memang adalah diri kita sendiri,
Mengapa kita membutuhkan orang lain untuk memeriksa dan mengobatinya?
Bila tubuh ini memang adalah diri kita sendiri,
Mengapa untuk dapat mengetahui tubuh kita sendiri,
Kita perlu membayar mahal dengan belajar di fakultas kedokteran dan medis?
Bila tubuh ini memang adalah AKU,
Maka mengapa tubuh ini justru menimbulkan sensasi rasa sakit ketika duduk tanpa merubah postur tubuh selama satu jam?
Bila tubuh ini memang adalah AKU,
Mengapa dapat timbul sebuah penyakit dalam tubuh ini?
Bila tubuh ini memang adalah AKU,
Mengapa aku tidak dapat menentukan bentuk wajahku sendiri sehingga membutuhkan jasa bedah kosmetik wajah?
Bila tubuh ini memang adalah AKU,
Mengapa aku tidak dapat mengatur pertumbuhan tubuhku sendiri?
Sementara itu,
Disaat bersamaan,
Bila batin atau jiwa ini memang adalah AKU,
Maka untuk apa aku bersusah payah mengunjungi seorang psikolog hanya untuk mengetahui bakat dan talenta diriku sendiri?
Bila batin atau jiwa ini memang adalah AKU,
Mengapa aku membutuhkan jasa seorang konseling untuk berkonsultasi perihal mental dan alam bawah sadarku sendiri?
Bila batin atau jiwa ini memang adalah AKU,
Mengapa hampir seluruh komponen hidupku dikuasai oleh alam bawah sadar?
Bila batin atau jiwa ini memang adalah AKU,
Mengapa aku tidak mampu mengendalikan pikiranku sendiri?
Bila batin atau jiwa ini memang adalah AKU,
Mengapa aku mampu merasa tidak suka terhadap rasa tertentu, bau tertentu, ataupun pemandangan dan suara tertentu?
Bila batin atau jiwa ini memang adalah AKU,
Mengapa aku dapat melupakan dimana aku menaruh kunci rumah pagi ini atau lupa ketika sudah mengadakan janji dengan seorang sahabat?
Bila batin atau jiwa ini memang adalah AKU,
Mengapa terdapat dorongan untuk berbuat jahat serta keinginan untuk menyakiti diriku sendiri dari dalam diri?
Jika jiwa atau batin ini adalah entitas diri yang kekal,
Maka manusia tidak akan berubah,
Berubah dari baik menjadi buruk,
Atau sebaliknya dari buruk menjadi baik.
Bila jiwa atau batin manusia adalah kekal,
Maka tidak mungkin manusia berjuang untuk menjadi seorang Buddha,
Karena seorang Buddha telah mencapai tingkat kesucian Arahat,
Dimana Arahat tidak akan terlahir kembali dalam rahim manapun.
Apakah kita masih melekat pada asumsi semu,
Seakan terdapat entitas diri yang kekal bernama AKU?


© Hak Cipta HERY SHIETRA.