Our Victims are Not Fools who can not Translate Their Own Feelings

When we do wrong,
So immediately we acknowledge our mistake and apologize.
Do not we ever cunningly make arguments to cover up our mistakes,
Especially arguing with people we have harmed or hurt.
Arguing someone we've lied to and hurt,
Equally meaning we want to think of them as fools who can easily be lied to.
Arguing the victim we have harmed,
It means we want to patronize their own feelings and experiences.
Debate those we have deceived,
Equally meaning we are saying that their ears are deaf and their eyes are blind,
So we need to tell them what they have seen and heard,
Though they are not blind and not deaf.
Arguing and arguing against the people we have hurt and injured,
It means we are harassing them.
When we are constantly looking for excuses and arguing,
The door of forgiveness will be closed for us.
We can never or have the right to patronize what other people feel.
The more we argue and lie,
The more we hurt someone we hurt.
The more we lie and twist the facts,
The more we want to state that they are the wrong fools when they feel hurt when hurt.
Being dishonest and just to avoid responsibility,
Resembling gasoline doused into glowing embers,
Hatred will burn even more in the victim.
The more we deny the true event,
It will increasingly show how corrupt our integrity is.
When integrity is undermined by all forms of dishonesty,
Our reputation will automatically become dirty.
Lying,
Lie,
Deny,
Turning back the facts,
Patronizing other people's feelings,
Just as we are damaging our own reputation.
Therefore,
We need to learn to immediately acknowledge mistakes and apologize when we do wrong.
Never try to turn the truth around,
Especially denying,
And especially patronize the feelings of others we have hurt.
Our victims are not fools who can not translate their own feelings.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ketika kita berbuat keliru,
Maka segeralah kita mengakui kekeliruan kita dan meminta maaf.
Jangan pernah kita dengan licik membuat argumentasi untuk menutupi kesalahan kita,
Terlebih berdebat dengan orang yang telah kita rugikan atau sakiti.
Mendebat seseorang yang telah kita bohongi dan lukai,
Sama artinya kita hendak menganggap mereka sama seperti orang bodoh yang bisa dengan mudah dibohongi.
Mendebat korban yang telah kita rugikan,
Sama artinya kita hendak menggurui perasaan dan pengalaman mereka sendiri.
Mendebat orang yang telah kita tipu,
Sama artinya kita sedang mengatakan bahwa telinga mereka tuli dan mata mereka buta,
Sehingga perlu kita beritahu mereka apa yang telah mereka lihat dan dengar,
Sekalipun mereka tidak buta dan tidak tuli.
Mendebat dan beragumentasi terhadap orang yang telah kita sakiti dan lukai,
Sama artinya kita sedang melecehkan mereka.
Ketika kita terus-menerus mencari alasan dan mendebat,
Pintu maaf akan semakin tertutup bagi kita.
Kita tidak pernah dapat ataupun berhak untuk menggurui apa yang menjadi perasaan orang lain.
Semakin kita berdebat dan berbohong,
Semakin kita melukai seseorang yang telah kita sakiti.
Semakin kita berdusta dan memutar balik fakta,
Semakin kita hendak menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang bodoh yang salah bila merasa terluka ketika disakiti.
Bersikap tidak jujur dan hanya berkilah dari tanggung jawab,
Menyerupai bensin yang disiram ke bara api yang menyala,
Kebencian akan membara lebih hebat lagi pada diri korban.
Semakin kita memungkiri kejadian yang sebenarnya,
Akan semakin memperlihatkan betapa rusaknya integritas kita.
Ketika integritas dirusak oleh segala bentuk ketidakjujuran,
Reputasi kita secara sendirinya akan menjadi kotor.
Berdusta,
Berbohong,
Memungkiri,
Memutar balik fakta,
Menggurui perasaan orang lain,
Sama artinya kita sedang merusak reputasi kita sendiri.
Oleh karena itu,
Kita perlu belajar untuk sesegera mungkin mengakui kesalahan dan meminta maaf ketika berbuat keliru.
Jangan pernah sedikit pun berupaya untuk memutar balik fakta,
Terlebih memungkiri,
Dan terlebih menggurui perasaan orang lain yang telah kita lukai.
Para korban kita bukanlah orang-orang bodoh yang tidak dapat menerjemahkan perasaan mereka sendiri.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.