JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Self Confidence Knows No Any Preconditions

Self confidence or confidence, which is true,
Never know the terms.
If we only feel able to be confident,
When others adore and praise us,
Then it is not self-confidence,
But a pseudo confidence,
Because it depends on the recognition from the others,
Depending on what lay beyond ourselves.
The so-called confidence,
Is to remain steadfast and stand firmly with the establishment of us,
Even if other people being unfair and inappropriate to us.
Self-confidence does not recognize the terms.
Self-confidence has nothing to do with greatness of self.
Even an ant which small,
Stay brave and confidently climbing up the body of a human being like a giant creature in the eyes of the little ants.
The tiny ants that are not afraid of humans.
Self confidence was not associated with wealth or political power.
A millionaire, successful businessmen, even a president,
Will not be confident to face the god of death when death before.
But are the savings on a variety of good deeds,
Which is a provision for a person to welcome the arrival the god of death.
Beauty or handsomeness,
It can be a capital of confidence,
But when the beauty or handsomeness damaged by a disaster,
Is he going to hide behind the room for a lifetime?
When he identifies confidence, with the likeness of a face,
Then he would put an end to life when beauty or handsomeness of his face broken.
True self-confidence,
Constructed from the determination,
Inner beauty,
Forged from the morale,
Carved from the achievement,
Inaugurated in the conquest against the self-delusion.
All the limitations of oneself do not become an obstacle for someone who is confident to actualize.
A Buddha,
Although, only wearing a robe from the ex burial shroud,
Remain confident when dealing with the gods,
In fact the whole god, king of the gods, but also in the eyes of Brahma,
Bowed to the Buddha.
You do not need to invite the respect from the people who are only able to salute to those who are wealthy or powerful.
It is enough for us to invite respectful from the noble beings from the gods realm.
Stupid people, assess the achievements from the the temporary earthly viewpoint.
A wise man, will judge based on generosity.
A hermit,
Although poor because they do not have any possessions,
Confident to face the gods and the powerful Brahma,
It is not even afraid to face the the king ofdeath.
The Buddha who is an Arahat in Nibbana,
Even the god of death no longer dare to touch an Arahat,
Comply fully respect the Arahat, noble and has been perfect.
Source confidence is in the hearts and souls of ourselves,
Not of the world outside ourselves.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kepercayaan diri atau percaya diri, yang sejati,
Tidak pernah mengenal syarat.
Bila kita hanya merasa mampu untuk bersikap percaya diri,
Ketika orang lain memuja muji diri kita,
Maka itu bukanlah kepercayaan diri,
Namun percaya diri yang semu,
Karena bergantung pada pengakuan orang lain,
Bergantung pada apa yang ada diluar diri kita sendiri.
Yang disebut dengan percaya diri,
Ialah tetap teguh dan berdiri mantap dengan pendirian diri kita,
Sekalipun orang lain bersikap tidak adil dan tidak patut terhadap diri kita.
Percaya diri tidak mengenal syarat.
Percaya diri tidak ada hubungan dengan kebesaran diri.
Bahkan seekor semut yang kecil,
Tetap berani dan dengan percaya diri memanjat tubuh seorang manusia yang bagai makhluk raksasa di mata kaum semut-semut kecil itu.
Semut yang kecil mungil itu tidak gentar menghadapi manusia.
Kepercayaan diri pun tidak berkaitan dengan harta kekayaan ataupun kekuasaan politik.
Seorang milioner, pengusaha sukses, bahkan seorang presiden,
Tidak akan percaya diri menghadapi dewa kematian ketika ajal menjelang.
Namun adalah tabungan atas berbagai perbuatan bajik,
Yang menjadi bekal bagi seseorang menyambut kedatangan sang dewa kematian.
Kecantikan atau ketampanan,
Memang menjadi modal kepercayaan diri,
Namun ketika kecantikan atau ketampanan rusak karena suatu musibah,
Apakah dirinya akan bersembunyi di balik kamar untuk seumur hidup?
Ketika dirinya mengidentikkan kepercayaan diri dengan rupa wajah,
Maka dirinya akan mengakhiri hidup ketika kecantikan atau ketampanan wajahnya rusak.
Kepercayaan diri yang sejati,
Dibangun dari kebulatan hati,
Kecantikan didalam diri,
Ditempa dari semangat juang,
Ditoreh dari prestasi,
Dikukuhkan dalam penaklukkan terhadap kebodohan batin diri sendiri.
Segala keterbatasan diri tidak menjadi penghambat bagi seseorang yang percaya diri untuk beraktualisasi.
Seorang Buddha,
Meski hanya mengenakan jubah dari bekas kain kafan,
Tetap percaya diri ketika berhadapan dengan para dewa,
Bahkan seluruh dewa, raja dari para dewa, hingga brahma,
Membungkuk memberi hormat kepada seorang Buddha.
Kau tidak perlu mengundang hormat dari orang-orang yang hanya mampu memberi hormat kepada mereka yang kaya raya atau berkuasa.
Cukuplah bagi kita untuk mengundang hormat makhluk-makhluk mulia dari alam dewata.
Orang bodoh menilai prestasi dari sudut pandang duniawi yang temporer.
Seorang bijaksana, akan menilai berdasarkan kemuliaan hati.
Seorang pertapa,
Meski miskin karena tidak memiliki harta kekayaan apapun,
Percaya diri menghadapi kaum dewa maupun brahma yang sakti,
Bahkan tidak gentar menghadapi raja kematian.
Terhadap seorang Buddha yang merupakan Arahat di Nibbana,
Bahkan dewa kematian tidak lagi berani untuk menyentuhnya,
Tunduk sepenuhnya menghormat kepada Arahat yang mulia dan telah sempurna.
Sumber kepercayaan diri berada di dalam hati dan jiwa diri kita sendiri,
Bukan dari dunia di luar diri kita sendiri.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.