Are all the praise and our theory about God,
All this time,
Has really praise or even dishonoring God?
We label God as the giver,
Giver of pleasure as well as giving a catastrophe.
God who heals,
At the same time God also gave the disease as a punishment or a trial.
Why human beings also had to beg and thank God who has given human beings a
serious illness even life threatening?
Is our concept of God itself,
God as someone who is responsible for the providing of health or disease,
Which makes the image of God so insulted?
God should not be touched by the image of a king,
Who gave as happy, when he praised,
And provide disaster and penalties when the king was angry about being
criticized or denounced.
When there is no concept of God who gives,
But all is the result of personal acts of responsibility every creature
which is then fruitful and inherited by him alone,
So no there will be a view that God is not fair,
And people began to learn to be fair and honest with themselves.
Thus,
Which is actually insulting God is who,
If not our concept itself,
Attached the figure of God as the giver,
Giver of happiness or misery,
Who is responsible for human beings joys and sorrows,
Which is responsible for rotating or stopping the rotation of the Earth to
the universe.
God then absolutely beyond reproach,
When God did not intervene in earthly affairs.
Like two teams soccer team that competes,
The relatives and spectators,
Each supporting and wishing that their beloved team came out as winners.
Each team prayed to God,
To be given the strength to come out as the winner in this match game.
Ask the Lord to be won,
Is not it means to ask God for favoritism and unfair?
Is not everyone expect to win,
A happy life,
Painless,
And also hope that human life does not suffer?
If God is omniscient,
For what human beings still need to ask and whining in their prayers to
God,
As if God is deaf and mentally slows and should be told by his own
creation.
Because therefore God already imaged as a deaf and dumb,
Begin happening places of worship practices, which run the ritual to create
noise pollution,
With loudspeakers adoring praises his Lord,
With expectations given the pleasure of the flesh,
Although at the same time disturbing the tranquility of life other
religious believers.
If God is truly omniscient and omnipotent,
God does not need to be told by you, what needs to be done by God.
Taught God to do something,
Tantamount dishonoring God as deaf and stupid.
That's what I call later,
Compliment which blasphemous their own God.
Increasingly unsatisfied,
Since God does not give a damn on human beings noises were licked with
expectations given the privilege in life,
The more loudly the praises sung by loudspeakers.
It's the stupid human beings,
Not diligent in planting seeds of good deeds,
It chose to diligently praise worship,
Busy performing rituals,
And believes that the practice of licking, through the praises is the
highest good deeds,
Rather than exercise practices erode their own defilement.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Apakah segala pujian dan
teori kita mengenai Tuhan,
Selama ini,
Telah benar-benar memuji atau
justru menghina Tuhan?
Kita melabeli Tuhan sebagai
pemberi,
Pemberi kenikmatan sekaligus
sebagai pemberi petaka.
Tuhan yang menyembuhkan,
Disaat bersamaan Tuhan pula
yang memberi penyakit sebagai hukuman atau cobaan.
Mengapa juga manusia harus
memohon dan berterimakasih pada Tuhan yang telah memberi manusia sebuah penyakit
yang serius bahkan hingga mengancam keselamatan?
Apakah konsep kita mengenai Tuhan
itu sendiri,
Tuhan sebagai sosok yang
bertanggung jawab atas pemberian kesehatan atau penyakit,
Yang membuat citra Tuhan jadi
terhina?
Tuhan semestinya tidak
terjamah oleh gambaran sosok citra seorang raja,
Yang memberi karena senang
ketika dipuji,
Dan memberi petaka serta
hukuman ketika sedang marah karena dikritik atau dicela.
BIla tiada konsep tuhan yang
memberi,
Namun semua adalah hasil
tanggung jawab perbuatan pribadi setiap makhluk yang kemudian berbuah dan
diwarisi olehnya sendiri,
Maka tiada akan ada pandangan
bahwa Tuhan tidak adil,
Dan manusia mulai belajar
untuk bersikap adil serta jujur pada diri sendiri.
Sehingga,
Yang sebenarnya menghina
Tuhan adalah siapakah,
Jika bukan konsep kita itu
sendiri,
Yang melekatkan sosok Tuhan
sebagai pemberi,
Pemberi kebahagiaan atau
penderitaan,
Yang bertanggung jawab atas
suka dan dukanya manusia,
Yang bertanggung jawab atas
berputar atau berhentinya rotasi Bumi terhadap semesta ini.
Tuhan baru benar-benar tidak
tercela,
Ketika Tuhan sama sekali
tidak ikut campur tangan dalam urusan duniawi.
Ibarat dua tim kesebelasan
sepak bola yang saling bertanding,
Para sanak keluarga dan
penonton,
Masing-masing mendukung dan
menaruh harapan agar tim kesayangan mereka keluar sebagai pemenang.
Masing-masing tim berdoa pada
Tuhan,
Agar diberi kekuatan sehingga
keluar sebagai pemenang dalam laga pertandingan ini.
Meminta pada Tuhan agar
dimenangkan,
Bukankah artinya meminta Tuhan
untuk bersikap pilih kasih dan bersikap tidak adil?
Bukankah setiap orang
berharap untuk menang,
Hidup bahagia,
Tidak sakit,
Dan juga berharap agar tidak menderita?
Jika Tuhan Maha Tahu,
Untuk apa manusia masih perlu
meminta dan merengek dalam doa mereka kepada Tuhan,
Seakan Tuhan adalah tuli dan
dungu sehingga harus diberi tahu oleh ciptaannya sendiri.
Karena oleh karenanya Tuhan terlanjur
dicitrakan sebagai sosok yang tuli dan dungu,
Mulailah terjadi praktik
tempat ibadah yang menjalankan ritual dengan membuat polusi suara,
Dengan pengeras suara
memuja-muji Tuhan-nya,
Dengan harapan diberi kenikmatan
hidup duniawi,
Meski disaat bersamaan
mengganggu ketenangan hidup umat beragama lain.
Bila Tuhan benar-benar Maha
Tahu dan Maha Kuasa,
Tuhan tidaklah perlu
diberitahu apa yang perlu Tuhan lakukan.
Mengajari Tuhan untuk
melakukan sesuatu,
Sama artinya menghina Tuhan
sebagai tuli dan dungu.
Itulah yang kemudian kusebut
sebagai,
Pujian yang menghina Tuhan.
Semakin tidak terpuaskan,
Karena Tuhan tidak ambil
pusing atas suara-suara berisik manusia yang menjilat dengan harapan diberi
keistimewaan dalam hidup,
Semakin keras puja-puji
dilantunkan oleh pengeras suara.
Sungguh para manusia yang
bodoh,
Bukan rajin menanam benih
perbuatan baik,
Justru memilih untuk rajin
memuja-muji,
Sibuk melakukan ritual,
Dan meyakini bahwa praktik menjilat
lewat puja-puji adalah perbuatan baik tertinggi,
Ketimbang praktik latihan mengikis
kekotoran batin sendiri.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.