JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

The Righteous in The Wrong Place

The End of Morality
When the victim was afraid at the perpetrator,
When the offender actually is not ashamed of his victims,
The True is precisely be blamed,
And what is wrong it be justified,
When we talk good but being ignored,
When we speak badly yet be supported,
When we think of a good thing, but is not appreciated,
When we think of a bad thing, however left unchecked,
When we do the right thing but was refused,
When we act wrongly however be supported,
That's the sign of mental decay of mankind.
Is said that, humans are intelligent creatures who are able to think in a sophisticated and complex,
But often the man looked at true or not on a particular matter,
Solely because the taste of the tongue and feeling.
Humans do not use their brains to think,
Or to judge actions as right or wrong,
But instead empower their brain power which incredible, to do evil.
Our life experience can tell us a lot.
When we speak the truth,
To behave properly,
Good thinking,
But it got a rejection from the environment,
Received scorn from the public,
Find opposition from others,
That sign, our bad karma are now fruiting.
On the contrary,
When we find the following characteristics,
When we talk bad,
Thinking evil,
Behaving incorrect,
But it received support from the community,
Backed by its environment,
Get help from others,
That sign, our good karma is being fruitful.
The law of karma works by ineffective and inefficient,
The law of karma is very blindly,
Good karma even if it can even be a boomerang for whom pluck it,
Because of all the bad behavior will be successful without a hitch.
When the good karma bear fruit,
Selling junk though will sell quickly.
When the bad karma being fruitful,
Sell gems at bargain prices though never sold.
The police should protect the public,
But police became society's ills.
A leader supposed to serve,
But instead asked for tribute and served.
A monk should live a holy life,
Yet, it prefers to do business and fostering wealth.
An old man had been a child,
But strangely could not understand their own child feelings when adults have become parents.
A teacher instead of giving a good example,
Just teach the ugliness.
A judge instead of giving justice,
Precisely trade justice.
People who are sick keep hard working to find a bite of rice,
But actually healthy people begging.
Disabled people never complain about the condition of his body,
But the perfect bodied, always complaining and always look for the disease itself.
Human life should strive to plant good karma,
But in fact people are more fond of saving bad karma.
Humans are reasonable to age, illness, and death.
But often we deny natural thing in life.
We should learn from past experiences,
But we are just repeating the same mistakes with our predecessors.
A footballer is not much to say,
But the commentator and their supporters even more anarchic.
Sometimes,
The sense of responsibility is as important as knowing what became our rights.
A balanced life,
Full of harmony,
Nothing is more beautiful when each one of us to know the rights and obligations of each,
Know what the role, functions, and duties of each of us.
Already many intelligent human beings in this world,
But has not been able to advance human civilization towards a more humane face.
Because,
Someone actually can not be called intelligent although able to assemble a nuclear,
If he did not know what the rights and obligations of himself.
You'll never be able to obtain justice in the human world.
We will only be able to find peace in our own reassurance.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ketika korban justru takut pada pelaku kejahatan,
Ketika pelaku kejahatan justru tidak malu terhadap korbannya,
Yang benar justru disalahkan,
Dan yang salah justru dibenarkan,
Ketika kita berbicara baik namun tidak dihiraukan,
Ketika kita berbicara buruk namun didukung,
Ketika kita berpikir yang baik namun tidak dihargai,
Ketika kita berpikir yang buruk namun dibiarkan,
Ketika kita bertindak benar namun ditolak,
Ketika kita bertindak keliru namun didukung,
Itulah tanda-tanda kerusakan mental umat manusia.
Konon, manusia adalah makhluk cerdas beradab yang mampu berpikir,
Namun seringkali manusia memandang benar atau tidaknya sesuatu,
Semata hanya karena selera lidah dan perasaan.
Manusia tidak menggunakan otak mereka untuk berpikir,
Ataupun untuk menilai suatu tindakan sebagai benar atau keliru,
Namun justru memberdayakan daya otak mereka yang luar biasa untuk berbuat jahat.
Pengalaman hidup kita dapat bercerita banyak pada kita.
Ketika kita berbicara yang benar,
Berperilaku yang benar,
Berpikir yang baik,
Namun justru mendapat penolakan dari lingkungan,
Mendapat cemoohan dari masyarakat,
Mendapati pertentangan dari orang lain,
Itulah tanda-tanda karma buruk kita sedang berbuah.
Sebaliknya,
Bila kita mendapati ciri-ciri sebagai berikut,
Ketika kita berbicara yang buruk,
Berpikir yang jahat,
Berperilaku yang tidak benar,
Namun justru mendapat dukungan dari masyarakat,
Didukung oleh lingkungannya,
Mendapat bantuan dari orang lain,
Itulah tanda-tanda karma baik kita sedang berbuah.
Hukum karma bekerja dengan cara yang tidak efektif dan tidak efesien,
Hukum karma sangat membuta,
Karma baik sekalipun bahkan dapat menjadi bumerang bagi yang memetiknya,
Karena segala perbuatan buruknya akan berhasil dilakukan tanpa hambatan.
Ketika karma baik berbuah,
Menjual sampah sekalipun akan laku dengan cepat.
Ketika karma buruk sedang berbuah,
Menjual permata dengan harga murah sekalipun takkan pernah laku.
Polisi seharusnya melindungi masyarakat,
Namun polisi justru menjadi penyakit masyarakat.
Peminpin seharusnya melayani,
Namun justru meminta upeti dan dilayani.
Seorang biarawan semestinya hidup suci,
Namun justru lebih suka berbisnis dan memupuk kekayaan.
Seorang orang tua pernah menjadi seorang anak,
Namun anehnya tak dapat mengerti perasaan anaknya sendiri ketika orang dewasa telah menjadi orang tua.
Seorang guru bukannya memberi teladan yang baik,
Justru mengajarkan keburukan.
Seorang hakim bukannya memberi keadilan,
Justru memperdagangkan keadilan.
Orang yang sakit bekerja keras mencari sesuap nasi,
Namun orang sehat justru mengemis.
Orang cacat tidak pernah mengeluh akan kondisi tubuhnya,
Namun orang bertubuh sempurna selalu mengeluh dan selalu mencari penyakit sendiri.
Manusia semestinya berjuang hidup menanam karma baik,
Namun senyatanya manusia lebih gemar menabung karma buruk.
Manusia sudah wajar mengalami usia tua, sakit, dan meninggal.
Namun acapkali kita mengingkari hal yang wajar dalam hidup.
Kita semestinya belajar dari pengalaman masa lampau,
Namun kita justru mengulangi kesalahan yang sama dengan para pendahulu kita.
Seorang pemain bola tidaklah banyak bicara,
Namun komentator dan suporter mereka justru lebih anarkis.
Terkadang,
Arti tanggung jawab sama pentingnya dengan mengetahui apa mengenai yang menjadi hak-hak kita.
Hidup yang seimbang,
Penuh harmoni,
Tiada yang lebih indah bila masing-masing dari kita tahu hak dan kewajibannya masing-masing,
Tahu apa peran, fungsi, dan tugas kita masing-masing.
Sudah banyak manusia cerdas di dunia ini,
Namun belum juga mampu memajukan peradaban manusia kearah wajah yang lebih humanis.
Karena,
Seseorang sejatinya belum dapat disebut cerdas meski mampu merakit nuklir,
Bila ia belum tahu apa yang menjadi hak dan kewajiban dirinya sendiri.
Kau takkan pernah dapat memperoleh keadilan di dunia para manusia.
Kita hanya akan dapat menemukan kedamaian di dalam ketenteraman hati kita sendiri.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.