When we were very small,
We want to learn to be able to walk on our own feet.
When we started to run,
We are compelled to start running.
When we begin to be able to run fast,
We began to hone skills of driving a motor vehicle.
When we are teenagers,
We were busy studying in the school.
When we have been studying,
We know the life of romance,
And chased her lover.
When we had finished school,
We started up the higher education.
When we graduated from university,
We fall up for a living.
After earning a living,
We find we are getting older age.
Parents and relatives began pushing us to get married,
Even matchmake of us.
After married,
We asked to have a child.
When having a child,
We were busy taking care of and educating the children.
When we have children,
We follow the pace of life of our parents,
Repeating the same ritual,
Telling our children to learn,
Work,
Married,
Giving birth.
As parents feel entitled to ask our children for the birth of a grandchild.
When it has to have grandchildren,
The grandparents are busy caring for the baby.
When it has to have grandchildren,
Found himself no longer young.
Wrinkles and graying hair started to be a sign of aging.
Start treating yourself busy is hit by various diseases.
Began to face the dying.
Until death arrives.
I wonder what the legacy left for civilization.
Reborn.
The same ritual of life.
Learn to walk,
Learning to speak,
Learn to read,
Go to school,
Be punished from the teachers,
Go to work,
dating,
Married,
Giving birth,
Earn a living,
Responsible as parents,
Being a grandparent,
Starting disease,
Encroached on old age,
Died.
Reborn,
Died back,
And just to find ourselves born again.
Can no longer be count.
Even the amount of tears that we shed,
Throughout the journey of life and death,
Is exceeding the amount of water from the three oceans.
There are no bored,
And not know tired.
Nothing also recognize discourage.
I think life is funny.
As a joke.
We always assume and believe,
By gaining a lot of material possessions,
With the achievement as the fastest runner,
Or as the strongest man,
Smartest,
The most powerful man,
The most famous people,
We will be free from the suffering.
But in fact we are just spinning on the same axis.
Just swirling in the life cycle of birth and death.
Born to die,
And die to be reborn.
And so on.
We continue to set new records for rebirth.
We laugh and feel happy when a child is born.
Even though,
We know one day the child will die in the future,
Whether because of old age, illness, or accident.
When someone dies,
We all shed tears.
Whereas we already know,
After going dark comes light.
Dying is the end of everything,
But the start of rebirth.
Ritual altogether.
There are no exhausted we repeated the same ritual,
Activities the same life,
Eat,
Learn,
Injured,
Feeling anxious and afraid of life,
Work,
Married,
Giving birth,
Caring for grandchildren,
Care for themselves due to illness,
Faced with the god of death.
Sometimes,
We never really know what we really want.
Just to live,
As other people live.
Being part of the current culture of mankind.
Bored,
That is always voiced by our subconscious.
Boredom, is one of the objects of contemplation in Vipassana meditation.
When we realize the essence of the life that is empty,
There is no longer clinging,
Being disgusted, therefore,
And began to break away from the shackles of karma chains.
Completely free,
There is no longer the king of death that is able to touch a person who has
attained the perfect consciousness.
An Arahant.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Ketika kita masih sangat
kecil,
Kita ingin belajar untuk
mampu berjalan di atas kaki kita sendiri.
Ketika kita mulai dapat
berjalan,
Kita terdorong untuk mulai
berlari.
Ketika kita mulai mampu
berlari dengan cepat,
Kita mulai mengasah
keterampilan berkendara kendaraan bermotor.
Ketika kita beranjak remaja,
Kita sibuk menempuh
pendidikan di sekolah.
Ketika kita telah menempuh
pendidikan,
Kita mengenal kehidupan
asmara,
Dan mengejar-ngejar sang
kekasih.
Ketika kita telah lulus
sekolah,
Kita mulai menapaki pendidikan
tinggi.
Ketika kita telah lulus dari
universitas,
Kita jatuh bangun mencari
nafkah.
Setelah mencari nafkah,
Kita mendapati umur kita
semakin tua.
Orang tua dan kerabat mulai mendorong
kita untuk menikah,
Bahkan menjodohkan kita.
Setelah menikah,
Kita diminta agar memiliki
seorang anak.
Ketika memiliki seorang anak,
Kita mulai sibuk mengurus dan
mendidik anak.
Ketika kita telah memiliki
anak,
Kita mengikuti langkah hidup
orang tua kita,
Mengulang ritual yang sama,
Menyuruh anak kita untuk
belajar,
Bekerja,
Menikah,
Melahirkan anak.
Sebagai orang tua merasa
berhak meminta anak kita untuk melahirkan seorang cucu.
Ketika telah memiliki cucu,
Sang kakek dan nenek sibuk
merawat sang bayi.
Ketika telah memiliki cucu,
Mendapati dirinya tidak lagi
muda.
Keriput dan rambut memutih mulai
menjadi pertanda penuaan.
Mulai sibuk mengobati diri
yang dilanda berbagai penyakit.
Mulai menghadapi masa menuju
kematian.
Sampai ajal tiba.
Entah menyisakan warisan apa
bagi peradaban.
Terlahir kembali.
Ritual kehidupan yang sama.
Belajar berjalan,
Belajar berbicara,
Belajar membaca,
Pergi ke sekolah,
Mendapat hukuman guru,
Pergi bekerja,
Berpacaran,
Menikah,
Melahirkan anak,
Mencari nafkah,
Bertanggung jawab sebagai
orang tua,
Menjadi seorang kakek dan
nenek,
Mulai mengidap penyakit,
Digerogoti usia tua,
Meninggal.
Terlahir kembali,
Meninggal kembali,
Dan hanya untuk mendapati
diri kita terlahirkan kembali.
Tiada lagi terhitung
jumlahnya.
Bahkan jumlah air mata yang
telah kita teteskan,
Sepanjang perjalanan hidup
dan mati,
Adalah melebihi jumlah air
dari ketiga samudera.
Tiada bosan,
Dan tiada kenal letih.
Tiada juga kapok dan jera.
Aku pikir hidup ini lucu
sekali.
Seperti sebuah lelucon.
Kita selalu berasumsi dan
meyakini,
Dengan memperoleh banyak
harta materi,
Dengan meraih prestasi
sebagai pelari tercepat,
Atau sebagai orang terkuat,
Orang terpandai,
Orang paling berkuasa,
Orang paling terkenal,
Kita akan bebas dari derita.
Namun senyatanya kita hanya berputar-putar
pada poros yang sama.
Hanya berputar-putar dalam
siklus kehidupan lahir dan meninggal.
Lahir untuk meninggal,
Dan meninggal untuk terlahir
kembali.
Demikian seterusnya.
Kita terus saja mencetak
rekor kelahiran kembali.
Kita tertawa dan merasa
berbahagia, ketika lahir seorang anak.
Padahal,
Kita tahu suatu ketika sang
anak akan meninggal di kemudian hari,
Entah karena tua, sakit, atau
musibah.
Ketika seseorang meninggal
dunia,
Kita semua menitikkan air
mata.
Padahal kita sudah tahu,
Sehabis gelap akan terbitlah
terang.
Meninggal bukanlah akhir dari
segalanya,
Namun memulai kelahiran
kembali.
Ritual yang sama sekali.
Tiada letihnya kita kembali
mengulangi ritual yang sama,
Aktivitas hidup yang sama,
Makan,
Belajar,
Terluka,
Merasa cemas dan takut akan
hidup,
Bekerja,
Menikah,
Melahirkan anak,
Merawat cucu,
Merawat diri sendiri karena
sakit,
Berhadapan dengan dewa
kematian.
Terkadang,
Kita tak pernah benar-benar tahu
apa yang sesungguhnya kita inginkan.
Sekedar menjalani hidup,
Sebagaimana orang lain
menjalaninya.
Menjadi bagian dari arus
kebudayaan umat manusia.
Bosan,
Itulah yang selalu disuarakan
alam bawah sadar kita.
Rasa bosan, adalah salah satu
objek perenungan dalam meditasi Vipassana.
Ketika kita menyadari hakekat
hidup yang kosong,
Tiada lagi kemelekatan,
Menjadi muak oleh karenanya,
Dan mulai melepaskan diri
dari belenggu ikatan rantai karma.
Terbebas sepenuhnya,
Tiada lagi raja kematian yang
mampu menyentuh seseorang yang telah mencapai kesadaran sempurna.
Seorang Arahat.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.