We need begin to learn responsibility.
Know when to open the voice,
And know when to shut our mouths.
Do you know,
What are the greatest human greed?
Everyone knows the answer,
But not everyone is willing to admit what it is.
Humans depend on the bad news that happened to other people,
In order to entertain themselves,
That we should be grateful,
There are others who fared unfortunate than us.
That is why,
The bad news is always good news.
That is why the newspapers or on television news broadcasts,
Marketable.
We become so excited spectators who witnessed the catastrophe that struck
another person.
The outside view of our face looks sad,
Pronounce concerns,
But in our hearts are praising God for the prosperity of our own fate.
Oh, thank you God, we are more fortunate than other.
I will give you more praise. I promise.
Every day we were treated to bad news,
Natural disasters are the same,
The same humanitarian catastrophe,
News the same hunger,
News outbreak of the same disease,
The same drought news,
The news about the same hurricane,
There's nothing like the end of the story,
Due to continued and repeated.
During that time, we continue to make it as an object of self-consolation.
Human beings are the most shameless.
However, it is not the greatest human selfishness.
The Greediness and covetousness of man is and always was,
With easy to behaves badly,
Then expect that all his sins is removed.
Ask God to favor themselves,
By being discriminatory,
By being unfair to the victims.
A knight had a principle of life,
Dare to do,
Dare to be responsible.
Why did God feel the need to side with a sycophant and coward?
Every act,
Good or bad deeds,
Large and small deeds,
Will bear fruit at the maker.
Like history will not be erased,
No matter how hard we attempt to deny it.
Assume that sin can be removed,
Makes man increasingly drowning in evil deeds,
Behaves badly with lightly,
By relying on remission of sins,
Humans do bad over and over,
And increasingly eager to do bad,
As dligently as pray for forgiveness of their sins.
A knight never asked, so that traces of his deeds covered,
Or even forgotten.
He will perform with the truth of her identity,
As it is,
Whatever the consequences should he redeem and pay.
A knight would never run away,
Or the discharge of their responsibilities.
While a coward will run and remove the responsibility.
A knight will bravely face the consequences of his own actions,
Though he will suffer during the redemption period.
There is no whining,
Nothing begs asking for forgiveness.
He is a knight,
Who dare make confession,
As it is,
And the face of the fruits of his own actions,
As it is.
Who would dare to do,
He who will reap the fruits of his own actions.
Heaven from the beginning of time until the end of time,
Not a place that is worthy of a coward.
©
HERY SHIETRA Copyright.
Kita perlu memulai untuk belajar
bertanggung jawab.
Tahu kapan harus membuka
suara,
Dan tahu kapan harus menutup
mulut kita.
Tahukah Anda,
Apa yang menjadi ketamakan
terbesar umat manusia?
Semua orang tahu jawabannya,
Namun tak semua orang mau
mengakui apa adanya.
Manusia bergantung pada
berita buruk yang menimpa orang lain,
Agar dapat menghibur diri,
Bahwa kita patut bersyukur,
Ada orang lain yang bernasib
lebih malang dari kita.
Itulah sebabnya,
Berita buruk selalu merupakan
berita baik.
Itulah sebabnya surat kabar atau
siaran berita di televisi,
Laku di pasaran.
Kita menjadi penonton yang
demikian gembira menyaksikan petaka yang menimpa orang lain.
Tampilan luar wajah kita
tampak bersedih,
Mengucapkan keprihatinan,
Namun dalam hati kita
mengucap syukur bagi kemujuran nasib kita sendiri.
Setiap hari kita disuguhi
berita buruk,
Bencana alam yang sama,
Petaka kemanusiaan yang sama,
Berita kelaparan yang sama,
Berita wabah penyakit yang
sama,
Berita kekeringan yang sama,
Berita topan badai yang sama,
Tiada akhir dari kisah duka itu,
Karena terus berlanjut dan
terus berulang.
Selama itu pula kita terus
menjadikannya sebagai objek penghiburan diri.
Manusia adalah makhluk yang
paling tidak tahu malu.
Namun, bukanlah itu keegoisan
terbesar umat manusia.
Ketamakan terbesar manusia
ialah dan selalu adalah,
Dengan mudahnya berbuat
buruk,
Lalu mengharap agar segala dosanya
dihapus.
Meminta Tuhan agar
mengistimewakan dirinya,
Dengan bersikap
diskriminatif,
Dengan bersikap tidak adil
kepada para korbannya.
Seorang kesatria memiliki
sebuah prinsip hidup,
Berani berbuat,
Berani bertanggung jawab.
Mengapa Tuhan merasa perlu
berpihak kepada seorang penjilat dan pengecut?
Setiap perbuatan,
Perbuatan baik ataupun buruk,
Perbuatan besar maupun kecil,
Akan berbuah pada sang
pembuatnya.
Bagaikan sejarah yang takkan dapat
dihapus,
Sekeras apapun kita berupaya
memungkirinya.
Berasumsi bahwa dosa dapat
dihapus,
Membuat manusia kian terpuruk
dalam perbuatan jahat,
Dengan ringannya berbuat
buruk,
Dengan mengandalkan
penghapusan dosa,
Manusia kembali berbuat buruk,
Dan kian rajin berbuat buruk,
Serajin mereka berdoa meminta
pengampunan dosa.
Seorang ksatria tidak pernah
meminta agar jejak perbuatannya ditutupi,
Atau bahkan dilupakan.
Ia akan tampil dengan kebenaran
jati dirinya,
Apa adanya,
Apapun konsekuensi yang harus
ia tebus dan bayarkan.
Seorang ksatria tidak akan
pernah lari,
Ataupun melepaskan tanggung
jawab.
Sementara seorang pengecut
akan lari dan melepas tanggung jawab.
Seorang ksatria akan dengan
gagah berani menghadapi akibat dari perbuatannya sendiri,
Sekalipun ia akan menderita
selama masa penebusan.
Tiada merengek,
Tiada memohon pengampunan.
Ialah seorang ksatria,
Yang berani mengakui
perbuatannya,
Apa adanya,
Dan menghadapi buah dari
perbuatannya,
Apa adanya.
Siapa yang berani berbuat,
Ia yang akan memetik buah
dari perbuatannya sendiri.
Surga dari awal zaman hingga
akhir zaman,
Bukanlah tempat yang patut bagi
seorang pengecut.
© Hak Cipta HERY SHIETRA.