JENIUS KONSULTAN, TRAINER, ANALIS, PENULIS ILMU PENGETAHUAN ILMIAH HUKUM RESMI oleh HERY SHIETRA

Konsultasi Hukum Pidana, Perdata, Bisnis, dan Korporasi. Prediktif, Efektif, serta Aplikatif. Syarat dan Ketentuan Layanan Berlaku

Mankind's Greatest Fraud

We need begin to learn responsibility.
Know when to open the voice,
And know when to shut our mouths.
Do you know,
What are the greatest human greed?
Everyone knows the answer,
But not everyone is willing to admit what it is.
Humans depend on the bad news that happened to other people,
In order to entertain themselves,
That we should be grateful,
There are others who fared unfortunate than us.
That is why,
The bad news is always good news.
That is why the newspapers or on television news broadcasts,
Marketable.
We become so excited spectators who witnessed the catastrophe that struck another person.
The outside view of our face looks sad,
Pronounce concerns,
But in our hearts are praising God for the prosperity of our own fate.
Oh, thank you God, we are more fortunate than other.
I will give you more praise. I promise.
Every day we were treated to bad news,
Natural disasters are the same,
The same humanitarian catastrophe,
News the same hunger,
News outbreak of the same disease,
The same drought news,
The news about the same hurricane,
There's nothing like the end of the story,
Due to continued and repeated.
During that time, we continue to make it as an object of self-consolation.
Human beings are the most shameless.
However, it is not the greatest human selfishness.
The Greediness and covetousness of man is and always was,
With easy to behaves badly,
Then expect that all his sins is removed.
Ask God to favor themselves,
By being discriminatory,
By being unfair to the victims.
A knight had a principle of life,
Dare to do,
Dare to be responsible.
Why did God feel the need to side with a sycophant and coward?
Every act,
Good or bad deeds,
Large and small deeds,
Will bear fruit at the maker.
Like history will not be erased,
No matter how hard we attempt to deny it.
Assume that sin can be removed,
Makes man increasingly drowning in evil deeds,
Behaves badly with lightly,
By relying on remission of sins,
Humans do bad over and over,
And increasingly eager to do bad,
As dligently as pray for forgiveness of their sins.
A knight never asked, so that traces of his deeds covered,
Or even forgotten.
He will perform with the truth of her identity,
As it is,
Whatever the consequences should he redeem and pay.
A knight would never run away,
Or the discharge of their responsibilities.
While a coward will run and remove the responsibility.
A knight will bravely face the consequences of his own actions,
Though he will suffer during the redemption period.
There is no whining,
Nothing begs asking for forgiveness.
He is a knight,
Who dare make confession,
As it is,
And the face of the fruits of his own actions,
As it is.
Who would dare to do,
He who will reap the fruits of his own actions.
Heaven from the beginning of time until the end of time,
Not a place that is worthy of a coward.

© HERY SHIETRA Copyright.

Kita perlu memulai untuk belajar bertanggung jawab.
Tahu kapan harus membuka suara,
Dan tahu kapan harus menutup mulut kita.
Tahukah Anda,
Apa yang menjadi ketamakan terbesar umat manusia?
Semua orang tahu jawabannya,
Namun tak semua orang mau mengakui apa adanya.
Manusia bergantung pada berita buruk yang menimpa orang lain,
Agar dapat menghibur diri,
Bahwa kita patut bersyukur,
Ada orang lain yang bernasib lebih malang dari kita.
Itulah sebabnya,
Berita buruk selalu merupakan berita baik.
Itulah sebabnya surat kabar atau siaran berita di televisi,
Laku di pasaran.
Kita menjadi penonton yang demikian gembira menyaksikan petaka yang menimpa orang lain.
Tampilan luar wajah kita tampak bersedih,
Mengucapkan keprihatinan,
Namun dalam hati kita mengucap syukur bagi kemujuran nasib kita sendiri.
Setiap hari kita disuguhi berita buruk,
Bencana alam yang sama,
Petaka kemanusiaan yang sama,
Berita kelaparan yang sama,
Berita wabah penyakit yang sama,
Berita kekeringan yang sama,
Berita topan badai yang sama,
Tiada akhir dari kisah duka itu,
Karena terus berlanjut dan terus berulang.
Selama itu pula kita terus menjadikannya sebagai objek penghiburan diri.
Manusia adalah makhluk yang paling tidak tahu malu.
Namun, bukanlah itu keegoisan terbesar umat manusia.
Ketamakan terbesar manusia ialah dan selalu adalah,
Dengan mudahnya berbuat buruk,
Lalu mengharap agar segala dosanya dihapus.
Meminta Tuhan agar mengistimewakan dirinya,
Dengan bersikap diskriminatif,
Dengan bersikap tidak adil kepada para korbannya.
Seorang kesatria memiliki sebuah prinsip hidup,
Berani berbuat,
Berani bertanggung jawab.
Mengapa Tuhan merasa perlu berpihak kepada seorang penjilat dan pengecut?
Setiap perbuatan,
Perbuatan baik ataupun buruk,
Perbuatan besar maupun kecil,
Akan berbuah pada sang pembuatnya.
Bagaikan sejarah yang takkan dapat dihapus,
Sekeras apapun kita berupaya memungkirinya.
Berasumsi bahwa dosa dapat dihapus,
Membuat manusia kian terpuruk dalam perbuatan jahat,
Dengan ringannya berbuat buruk,
Dengan mengandalkan penghapusan dosa,
Manusia kembali berbuat buruk,
Dan kian rajin berbuat buruk,
Serajin mereka berdoa meminta pengampunan dosa.
Seorang ksatria tidak pernah meminta agar jejak perbuatannya ditutupi,
Atau bahkan dilupakan.
Ia akan tampil dengan kebenaran jati dirinya,
Apa adanya,
Apapun konsekuensi yang harus ia tebus dan bayarkan.
Seorang ksatria tidak akan pernah lari,
Ataupun melepaskan tanggung jawab.
Sementara seorang pengecut akan lari dan melepas tanggung jawab.
Seorang ksatria akan dengan gagah berani menghadapi akibat dari perbuatannya sendiri,
Sekalipun ia akan menderita selama masa penebusan.
Tiada merengek,
Tiada memohon pengampunan.
Ialah seorang ksatria,
Yang berani mengakui perbuatannya,
Apa adanya,
Dan menghadapi buah dari perbuatannya,
Apa adanya.
Siapa yang berani berbuat,
Ia yang akan memetik buah dari perbuatannya sendiri.
Surga dari awal zaman hingga akhir zaman,
Bukanlah tempat yang patut bagi seorang pengecut.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.