Unhealthy Pleasure Behind Half-Hearted Attitude

When we do something halfheartedly,
Then we will only solve the problem incompletely,
And still leaves a problem that will continue to block and disrupt the peace of our lives.
Like a thorn that pierces our feet,
But we only remove half the thorns from within our feet,
Then we will still feel the pain and wounds from the thorns in our feet that we do not completely get rid of.
Like a monk named Ajahn Chah said, rubbing two pieces of wood,
In the hope of creating a fire to create a bonfire,
But we feel tired and stop, rest for a moment,
When the wood has just felt warm, it has not created any sparks.
When we start again rubbing the wood,
But not long after, we are back feeling tired and want to rest,
When the wood has just become hot, without splashing any fire.
When we do a task, not completely,
So it means no work what we have done,
In fact we make useless what we have done.
Lazy and stupid,
Make us tempted to stop in the middle of the road,
And do everything halfheartedly.
Doing something halfheartedly,
Can make us eventually work double for the same job.
Therefore,
We need to grow and practice to focus,
Perseverance,
Determination,
Willingness to become weary,
As well as a caring attitude towards ourselves.
Working wholeheartedly,
It means we can not be cunning and cheat on ourselves.
We must begin by learning to be honest with ourselves,
And committed to ourselves.
Each of the great figures known to the world,
Known for their accomplishments and their work done wholeheartedly and with full interest.
None of these great works are produced half-heartedly.
Various works are produced wholeheartedly,
Make these people become maestro in their field.
To change this habit,
It takes sincerity,
The sincerity of the heart itself comes from a whole hearted desire to change.
The wholehearted attitude is the pioneer at once who becomes the executor.
A wholehearted attitude always requires mental revolution and evolution.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ketika kita mengerjakan dan melakukan sesuatu secara separuh hati,
Maka kita hanya akan menyelesaikan masalah secara tidak tuntas,
Dan tetap menyisakan masalah yang akan terus mengganjal dan mengganggu ketenangan hidup kita.
Bagaikan sebuah duri yang menusuk kaki kita,
Namun kita hanya mengeluarkan separuh duri itu dari dalam kaki kita,
Maka kita akan tetap merasakan sakit dan derita akibat duri di dalam kaki kita itu yang tidak sepenuhnya kita singkirkan.
Seperti diceritakan oleh Bhikkhu bernama Ajahn Chah, bagaikan menggosokkan dua bilah kayu,
Dengan harapan untuk menciptakan api untuk membuat api unggun,
Namun kita sudah merasa letih dan berhenti untuk beristirahat,
Ketika kayu itu baru terasa hangat, belum menciptakan percikan api apapun.
Ketika kita memulai kembali menggosokkan kayu-kayu itu,
Namun tidak lama kemudian, kita sudah kembali merasa letih dan kembali beristirahat,
Ketika kayu itu baru saja menjadi panas, tanpa memercikkan api apapun.
Ketika kita melakukan suatu tugas, tidak secara tuntas,
Maka sama artinya tiada pekerjaan apapun yang telah kita selesaikan,
Bahkan kita membuat mubazir apa yang telah kita lakukan.
Rasa malas dan kebodohan,
Membuat kita tergiur untuk berhenti di tengah jalan,
Dan mengerjakan segala sesuatu secara setengah hati.
Mengerjakan sesuatu secara separuh hati,
Dapat membuat kita pada akhirnya bekerja dua kali lipat untuk pekerjaan yang sama.
Untuk itu,
Kita perlu menumbuhkan dan berlatih untuk berfokus,
Ketekunan,
Keteguhan hati,
Kemauan untuk menjadi letih,
Serta sikap penuh kepedulian terhadap diri kita sendiri.
Bekerja secara sepenuh hati,
Artinya kita tidak dapat bersikap licik dan curang terhadap diri kita sendiri.
Kita harus memulai dengan belajar jujur terhadap diri kita sendiri,
Dan berkomitmen terhadap diri kita.
Setiap tokoh-tokoh besar yang dikenal dunia,
Dikenal karena prestasi dan karya-karya mereka yang dikerjakan secara sepenuh hati dan sepenuh jiwa.
Tidak ada karya-karya besar itu yang dihasilkan secara separuh hati.
Berbagai karya yang dihasilkan secara sepenuh hati,
Membuat orang-orang tersebut menjadi maestro dibidangnya.
Untuk mengubah kebiasaan ini,
Diperlukan kesungguhan hati,
Kesungguhan hati itu sendiri bersumber dari keinginan secara sepenuh hati untuk berubah.
Sikap sepenuh hati adalah pelopor sekaligus yang menjadi eksekutornya.
Sikap sepenuh hati selalu membutuhkan revolusi dan evolusi mental.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.