Envy is a Reflection of the Inability of a Loser

Not something wrong,
When other people are smarter than us.
Nor is anything dirty,
When others are richer in the materials than we have.
Nor is a sin,
If the other person more beautiful and better looking than us.
Not something taboo anyway,
If the other person happier in life than our lives.
However, that found guilty is, envy and greed of ourselves.
Because oneself incapable,
Then choose to curse and harass those people whose lives better and more fortunate than we are.
As if, by harassing them,
Make our lives more meaningful,
Alias,
A big lie to yourself.
Like a thorn in the flesh,
Wherever you go, you will feel the pain,
By thorns planted and maintained by himself.
Thus,
The problem is not in the condition of the outside world,
However lies in the mental and style of thinking ourselves.
If our lives are not as happy as other people,
We can only laugh at ourselves.
Someone else must have been more attempts self-sacrifice,
So having muscular or slim body,
So it has a lot of wealth,
So having a happy and meaningful life.
While,
They that lazy and mentally flabby,
Indeed, it is proper to live in muddy puddles hole in the slum.
Not because people are luckier dropped him into the gutter,
But the man himself that because of laziness and stupidity,
Throw himself into a muddy pool in the sewers.
If it is so,
Who else can we blame?
Forever,
A sluggard does not deserve to be someone who is intelligent or prosperous.
Is precisely the injustice for those who live in the struggle in earnest,
When a slacker who ultimately enjoy good fortune in life.
Stupid people think the world and this life is a matter of luck.
While they that wise,
Always believed that life is about struggle,
And just a fighter, worthy of being a king of life.
Only a loser who is only able to whine and complain about life,
Moreover harass another person whom tougher struggle so that they can live in prosperity.

© HERY SHIETRA Copyright.

Bukanlah sesuatu yang salah,
Bila orang lain lebih pandai dari kita.
Bukan juga sesuatu yang kotor,
Bila orang lain lebih kaya dalam materi daripada kita.
Bukan pula merupakan dosa,
Bila orang lain lebih cantik dan lebih tampan dari kita.
Bukan sesuatu yang ditabukan pula,
Bila orang lain lebih bahagia kehidupannya dibanding hidup kita.
Namun yang salah adalah rasa iri hati dan ketamakan diri kita sendiri.
Karena diri sendiri tidak mampu,
Maka memilih untuk mengutuk dan melecehkan mereka yang hidupnya lebih baik dan lebih mujur dari kita.
Seakan, dengan melecehkan mereka,
Membuat hidup kita lebih bermakna,
Alias,
Suatu kebohongan yang besar terhadap diri sendiri.
Bagai duri di dalam daging,
Kemana pun akan merasakan sakit hati,
Oleh duri yang ditanam dan dipelihara oleh dirinya sendiri.
Sehingga,
Masalahnya bukan terletak pada kondisi di dunia luar,
Namun terletak pada mental dan gaya berpikir diri kita sendiri.
Bila hidup kita tidak semujur orang lain,
Kita hanya dapat menertawai diri kita sendiri.
Orang lain pastilah lebih banyak melakukan pengorbanan diri,
Sehingga memiliki tubuh yang kekar atau langsing,
Sehingga memiliki banyak harta kekayaan,
Sehingga memiliki kehidupan yang bahagia dan bermakna.
Sementara,
Mereka yang pemalas dan bermental lembek,
Memang sudah selayaknya hidup di lubang kubangan berlumpur di selokan.
Bukan karena orang yang lebih mujur menjatuhkan orang itu ke selokan,
Tapi orang itu sendiri yang karena kemalasan dan kebodohannya,
Mencampakkan dirinya sendiri ke dalam kolam berlumpur di selokan itu.
Jika sudah demikian,
Siapa lagi yang dapat kita persalahkan?
Selamanya,
Seorang pemalas tidak layak untuk menjadi seseorang yang cerdas ataupun makmur.
Adalah justru ketidakadilan bagi mereka yang hidup dalam perjuangan dengan sungguh-sungguh,
Bila seorang pemalas yang pada akhirnya menikmati keberuntungan dalam kehidupan.
Orang bodoh berpikir dunia dan kehidupan ini adalah persoalan peruntungan.
Sementara mereka yang bijaksana,
Selalu meyakini bahwa hidup adalah perihal perjuangan,
Dan hanya seorang pejuang yang layak menjadi raja dari kehidupan.
Hanya seorang pecundang yang hanya mampu untuk merengek dan mengeluh terhadap kehidupan,
Terlebih melecehkan orang lain yang lebih keras berjuang sehingga mampu hidup dalam kemakmuran.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.