One Inhabitant of the Same World

As painful as any suffering we face due to world injustice and the harshness of life,
It is more sad when we are hurt by our own closest people,
The people who are supposed to protect us,
The people who should give us the example,
The people who should guide and protect us,
People who should give a helping hand,
The people who should best understand our feelings,
People who should love us,
The people who should give us warmth,
The people who should be our shelter,
The people who are supposed to take care of and take care of us,
The people who should introduce this world to us.
We should not disappoint the expectations of those closest to us.
We should not harm the people closest to us.
We should not take the future of the people closest to us.
We should not deceive the beliefs of those closest to us.
We should not cheat the people closest to us.
We should not hurt the feelings of the people closest to us.
We should not steal from the people closest to us.
We should not be fraudulent towards our closest people.
We should start to be aware,
That someone who is hurt by others,
Can recover and grow in the rigors of life.
But not for those who are actually hurt by the people closest to their own.
There is nothing more hurt than being hurt by our own closest people,
Deceived and betrayed by our own closest people,
Overwhelmed by our own closest people,
Played by our closest people,
Squeezed by our own closest people,
Robbed by our own closest people,
Fooled by our own closest people,
Abused by those closest to our own.
We should be ashamed,
For our cowardly attitude, who only dare to hurt our own closest people.
Only a shameless coward,
Who only dare to hurt the hearts of their own people.
Should he protect his closest people,
Instead of sucking and stealing from them.
Remember,
You are not someone else,
You are their nearest person,
You are a nation with them,
You are one inhabitant of the earth with them,
You are a human being who can be hurt like them.

© HERY SHIETRA Copyright.

Sesakit apapun derita yang kita hadapi akibat ketidakadilan dunia dan kerasnya kehidupan,
Adalah lebih menyedihkan ketika kita disakiti oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Orang-orang yang semestinya melindungi kita,
Orang-orang yang semestinya memberi kita teladan,
Orang-orang yang semestinya membimbing dan mengayomi kita,
Orang-orang yang semestinya memberikan uluran tangan,
Orang-orang yang semestinya paling memahami perasaan kita,
Orang-orang yang semestinya mencintai kita,
Orang-orang yang semestinya memberi kita kehangatan,
Orang-orang yang semestinya menjadi tempat kita berlindung,
Orang-orang yang semestinya akan merawat dan menjaga diri kita,
Orang-orang yang semestinya mengenalkan dunia ini pada kita.
Tidak semestinya kita mengecewakan harapan dari orang-orang terdekat kita.
Tidak semestinya kita menjerumuskan orang-orang terdekat kita.
Tidak semestinya kita merenggut masa depan dari orang-orang terdekat kita.
Tidak semestinya kita menipu kepercayaan dari orang-orang terdekat kita.
Tidak semestinya kita berbuat curang terhadap orang-orang terdekat kita.
Tidak semestinya kita melukai perasaan orang-orang terdekat kita.
Tidak semestinya kita mencuri dari orang-orang terdekat kita.
Tidak semestinya kita bersikap penuh kepalsuan terhadap orang-orang terdekat kita.
Hendaknya kita memulai untuk mau menyadari,
Bahwa seseorang yang dilukai oleh orang lain,
Dapat memulihkan dirinya dan bertumbuh dalam kerasnya hidup.
Namun tidak bagi mereka yang justru dilukai oleh orang-orang terdekat mereka sendiri.
Tiada yang lebih melukai daripada disakiti oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Ditipu dan dikhianati oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Diperdaya oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Dipermainkan oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Diperas oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Dirampok oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Dibodohi oleh orang-orang terdekat kita sendiri,
Dilecehkan oleh orang-orang terdekat kita sendiri.
Seharusnya kita malu,
Atas sikap pengecut kita yang hanya berani untuk menyakiti orang-orang terdekat kita sendiri.
Hanya seorang pengecut yang tidak tahu malu,
Yang hanya berani untuk menyakiti hati orang-orang terdekat mereka sendiri.
Semestinya ia melindungi orang-orang terdekatnya,
Bukan justru menghisap dan mencuri dari mereka.
Ingatlah,
Engkau bukanlah orang lain,
Engkau adalah orang terdekat mereka,
Engkau adalah satu bangsa dengan mereka,
Engkau adalah satu penduduk bumi dengan mereka,
Engkau adalah manusia yang dapat terluka seperti mereka.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.

Is There Something More Honest than an Honesty?

When we are faced with a difficult situation,
Which forces us to make hard choices,
We will be tempted to brag or make false facts,
Alias, lie.
However,
From simple daily experiences,
It seems that lying is not a smart choice,
And it will bring ever more painful consequences in the end.
Telling the truth,
It might be scary,
To imagine the consequences of telling the truth.
However,
Once again,
The disadvantages we will experience from saying dishonest,
It will be even bigger.
We will always face a painful choice at first,
Or a painful choice in the end.
Many things require us to make decisions quickly.
In such urgent circumstances,
It is difficult for us to consider many things at a time.
Nevertheless,
The main guidelines remain,
Say honestly as it is,
It remains the best choice for our own future.
By saying dishonestly,
Whatever our intentions or motives are behind these dishonest words,
Will make us have to continue lie with new lies continued in the future,
Or we will be bothered to correct the dishonesty.
Any painful consequences beyond being truthful,
We need to always take the courage to face reality,
Through telling the truth,
As it is.
What to face,
Face it.
What should we say,
Express openly.
What we have to admit,
Acknowledge honestly and transparently.
By telling the truth,
Maybe we'll look like fools.
But there is always a difference between fools and people who do not want to learn from mistakes and experiences.
By saying dishonestly,
We'll look more stupid in the end.
At least,
When we have to face the consequences of the honesty we utter,
We can deal with it no matter what it is,
While smiling to ourselves.
Honest,
It always hurt as a result.
Honest,
Indeed bitter.
However,
Dishonesty,
It's always more painful, in the end.
Honesty,
Always scary.
Dishonesty,
Always tease.
But we need to learn from events in everyday life,
That dishonesty does not deserve our choice.
Dishonesty will always be more troublesome to us in turn.
It is time we stop deceiving ourselves by saying dishonest.
Better bitter at first,
Rather than bitter in the end.
What initially looked nice,
Always tease,
But it is always deceiving and disappointing.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ketika kita dihadapkan pada keadaan yang sukar,
Yang memaksa kita untuk membuat pilihan sulit,
Kita akan tergoda untuk membual atau membuat fakta palsu,
Alias berbohong.
Namun,
Dari pengalaman sederhana dikeseharian,
Tampaknya berbohong bukanlah pilihan cerdas,
Dan akan membawa konsekuensi yang selalu lebih menyakitkan pada akhirnya.
Berkata jujur,
Mungkin akan menakutkan,
Untuk membayangan akan akibat berkata jujur.
Namun,
Sekali lagi,
Kerugian yang akan kita alami dari berkata tidak jujur,
Akan lebih besar lagi.
Kita akan selalu menghadapi pilihan yang menyakitkan pada awalnya,
Atau pilihan yang menyakitkan pada akhirnya.
Banyak hal yang menuntut kita untuk membuat keputusan secara cepat.
Dalam keadaan yang mendesak demikian,
Tentulah sukar bagi kita untuk mempertimbangkan berbagai hal dalam satu waktu.
Meski demikian,
Pedoman utamanya tetaplah,
Berkata jujur apa adanya,
Tetap merupakan pilihan bijak yang terbaik.
Dengan berkata tidak jujur,
Apapun maksud atau motif kita dibalik perkataan tidak jujur tersebut,
Akan membuat kita harus melanjutkan kebohongan dengan kebohongan baru lanjutan dikemudian hari,
Atau kita akan direpotkan untuk memperbaiki ketidakjujuran itu.
Sesakit apapun konsekuensi dibalik berkata jujur,
Kita perlu senantiasa memberanikan diri untuk menghadapi kenyataan,
Lewat berkata jujur,
Apa adanya.
Apa yang harus dihadapi,
Hadapilah.
Apa yang harus kita utarakan,
Utarakan secara terus-terang.
Apa yang harus kita akui,
Akuilah secara jujur dan transparan.
Dengan berkata jujur,
Mungkin kita akan tampak seperti orang bodoh.
Namun selalu ada bedanya antara orang bodoh dan orang yang tidak mau belajar dari kesalahan dan pengalaman yang ada.
Dengan berkata tidak jujur,
Kita akan tampak lebih bodoh pada akhirnya.
Setidaknya,
Ketika kita harus menghadapi konsekuensi dari kejujuran yang kita utarakan,
Kita dapat menghadapinya sesakit apapun itu,
Sambil tersenyum pada diri kita sendiri.
Jujur,
Selalu sakit akibatnya.
Jujur,
Memang pahit rasanya.
Namun,
Ketidakjujuran,
Selalu lebih menyakitkan, pada akhirnya.
Kejujuran,
Selalu menakutkan.
Ketidakjujuran,
Selalu menggoda.
Akan tetapi kita perlu belajar dari kejadian dalam hidup sehari-hari,
Bahwa ketidakjujuran tidak layak untuk menjadi pilihan kita.
Ketidakjujuran selalu akan lebih merepotkan kita pada gilirannya.
Sudah saatnya kita berhenti menipu diri kita sendiri dengan berkata tidak jujur.
Lebih baik pahit pada awalnya,
Daripada pahit pada akhirnya.
Apa yang mulanya tampak manis,
Selalu menggoda,
Namun selalu mengecoh dan mengecewakan.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.

There is Always a Time to Stop

Will be up to when,
We are running away from responsibility?
How long until,
We lie to ourselves?
For how long,
We cheat others?
Can be up to when,
We are attached to something to be gripped tightly?
Strong until when,
We will collect our wealth when we are old age?
Able to when,
We will preserve and maintain the beauty or handsomeness of our face?
Hungry till when,
We will continue to eat and consume unceasingly?
Thirst until when,
Are we going to drink and swallow this disappointing and unsatisfying worldly pleasure?
Happy until when,
We would think that rebirth is something worth realizing?
Suffering until when,
We will face again old age, sickness, and death?
Fear till when,
We will again experience disappointment, anger, frustration, despair, and injustice of this world?
Grieving until when,
We will be hurt by people have absolutely no right to hurt us, even hurt by the people closest to our own?
Wandering how long,
We will continue to search and walk without knowing the direction of purpose?
Wondering how long,
We will continue to live until the end of death at old age, what is the meaning of life?
Greedy until when,
We will continue to pick good karma without ever planting good karma seeds?
Arrogance until when,
We will continue to harass those who are weaker and less fortunate than us?
Laugh until when,
We will make the lives of others as a joke, while we have only the most entitled to laugh at ourselves?
Disown to when,
We will continue to cover the decay of our behavior, while the stench has become so sharp?
Owe until when,
We will continue to steal and rob, as if after death there is no law of karma that will collect all that?
Lazy until when,
We will continue to waste time while living so short?
Stubborn up to when,
We will continue to feel the most righteous and never be able to do wrong, even if others will think similarly about themselves?
Life will be so peaceful and beautiful,
If only we knew when it should be stopped for self-introspection.
We are so busy,
To the extent that we never even get to reflect and communicate with ourselves.

© HERY SHIETRA Copyright.

Akan sampai kapan,
Kita melarikan diri dari tanggung jawab?
Mau sampai kapan,
Kita membohongi diri kita sendiri?
Untuk sampai kapan,
Kita menipu orang lain?
Bisa sampai kapan,
Kita melekat pada sesuatu keadaan untuk dicengkeram erat?
Kuat sampai kapan,
Kita akan mengumpulkan harta kekayaan kita saat umur kita menjelang tua?
Mampu sampai kapan,
Kita akan menjaga dan mempertahankan kecantikan atau ketampanan wajah kita?
Lapar sampai kapan,
Kita akan terus memakan dan mengkonsumsi tanpa kenal henti?
Haus sampai kapan,
Kita akan meminum dan menelan kenikmatan duniawi yang selalu mengecewakan dan tidak memuaskan ini?
Senang sampai kapan,
Kita akan berpikir bahwa kelahiran kembali adalah sesuatu hal yang layak direalisasi?
Menderita sampai kapan,
Kita akan menghadapi lagi usia tua, sakit, dan meninggal?
Ketakutan sampai kapan,
Kita akan kembali mengalami kekecewaan, amarah, frustasi, putus asa, dan ketidakadilan dunia ini?
Bersedih sampai kapan,
Kita akan disakiti oleh orang-orang sama sekali tidak berhak menyakiti kita, bahkan dilukai oleh orang-orang terdekat kita sendiri?
Berkelana sampai kapan,
Kita akan terus mencari dan berjalan tanpa tahu arah tujuan?
Bertanya-tanya sampai kapan,
Kita akan terus menjalani hidup sampai pada akhirnya menjelang meninggal saat usia tua, apa makna hidup ini?
Sombong sampai kapan,
Kita akan terus memetik buah karma baik tanpa pernah mau menanam benih karma baik?
Arogansi sampai kapan,
Kita akan terus melecehkan mereka yang lebih lemah dan lebih tidak beruntung dari kita?
Tertawa sampai kapan,
Kita akan menjadikan hidup orang lain sebagai bahan lelucon, sementara kita hanya paling berhak menertawai diri kita sendiri?
Memungkiri sampai kapan,
Kita akan terus menutup kebusukan perilaku kita, sementara bau busuk itu telah demikian tajam?
Berhutang sampai kapan,
Kita akan terus mencuri dan merampas, seakan setelah kematian tiada hukum karma yang akan menagih semua itu?
Malas sampai kapan,
Kita akan terus membuang-buang waktu sementara hidup demikian pendek?
Keras kepala sampai kapan,
Kita akan terus merasa paling benar dan tidak pernah dapat berbuat salah, meski orang lain pun akan berpendapat serupa tentang diri mereka sendiri?
Hidup akan demikian damai dan indah,
Bila saja kita tahu kapan semua harus dihentikan untuk introspeksi diri.
Kita demikian sibuknya,
Sampai-sampai kita bahkan tidak pernah sempat untuk bercermin dan berkomunikasi dengan diri kita sendiri.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.

You can Admit or Deny

There are people who are busy doing crime and creating a sophisticated crime mode.
Meanwhile, there are busy people doing investigations to uncover traces of crime to find the criminals in hiding.
There are people who are busy contaminating the environment of the house and nature,
Meanwhile, there are people who become busy cleaning the house and nature of various garbage and dirt.
There are people who are good at damaging everything they see and touch.
In the meantime, there are people who are diligently and patiently, fixing up everything that is destroyed by the destroyers.
There are most people who are busy collecting wealth,
While there are some who are busy to spend a fortune that will not run out for seven generations of inheritance,
But there are a few small people who are busy to share a small portion of their little wealth to help others.
There are people who are busy cheating and making false facts.
Meanwhile, there are people who are busy upholding the truth and straightening out the errors of history.
Some people are busy stealing and robbing what are the rights of others.
Meanwhile, there are people who are busy helping and giving protection to the victims.
There are people who are busy eating and consuming everything into their growing belly.
Meanwhile, there are people who are busy feeding people who are malnourished and threatened with starvation.
There are people who are busy making fictitious figures about God.
Meanwhile, there are people who are busy unpacking lie about the imaginary figure of God.
There are people who are busy regretting and sticking to the past that has passed.
Meanwhile, there are people who are busy designing and shaping the future.
Some people are busy planting bad karmic seeds.
Meanwhile, there are people who are busy planting good karma seeds.
There are people who are busy licking God's buttocks, in the hope that God will be flattered.
Meanwhile, there are people who are busy meluhurkan nature of humanity himself and be humanist in order to glorify the creator.
Such is the diversity of a human character.
Thus the diversity of life of a human purpose.
All are our own choices of life.
We can always choose to be bad people,
Or we can choose to be a good person,
With the consequences of each.
Who choose to be bad,
Then it is appropriate if he suffered when he have to pick the bad karma.
Who chooses to be nice,
We can not feel jealous of him, when he picks the sweetness of good karma.

© HERY SHIETRA Copyright.

Ada orang yang sibuk melakukan kejahatan dan membuat modus kejahatan yang canggih.
Sementara itu, ada orang sibuk melakukan investigasi untuk membongkar jejak kejahatan untuk menemukan penjahat yang bersembunyi.
Ada orang yang sibuk mengotori lingkungan rumah dan alam,
Sementara itu, ada orang yang menjadi sibuk membersihkan rumah dan alam dari berbagai sampah dan kotoran.
Ada orang yang pandai merusak segala sesuatu yang dilihat dan disentuhnya.
Sementara itu, ada orang yang dengan tekun dan penuh kesabaran, memperbaiki segala sesuatu yang dirusak oleh para perusak tersebut.
Ada sebagian besar orang yang sibuk mengumpulkan kekayaan,
Sementara ada sebagian yang sibuk untuk menghabiskan kekayaan yang tidak akan habis untuk tujuh generasi hasil dari warisan,
Namun ada sebagian kecil orang yang sibuk untuk membagikan sebagian kecil kekayaannya yang tidak seberapa untuk membantu orang lain.
Ada orang yang sibuk menipu dan membuat fakta palsu.
Sementara itu, ada orang yang sibuk menegakkan kebenaran dan meluruskan kekeliruan sejarah.
Ada orang yang sibuk mencuri dan merampok apa yang menjadi hak orang lain.
Sementara itu, ada orang yang sibuk menolong dan memberi perlindungan kepada para korban.
Ada orang yang sibuk makan dan mengkonsumsi segala hal ke dalam perutnya yang kian membesar.
Sementara itu, ada orang yang sibuk memberi makan orang-orang yang kekurangan gizi dan terancam kelaparan.
Ada orang yang sibuk membuat sosok rekaan tentang Tuhan.
Sementara itu, ada orang yang sibuk membongkar kebohongan tentang berbagai sosok rekaan tentang Tuhan tersebut.
Ada orang yang sibuk menyesali dan melekat pada masa lampau yang telah berlalu.
Sementara itu, ada orang yang sibuk merancang dan membentuk masa depan.
Ada orang yang sibuk menanam benih karma buruk.
Sementara itu, ada orang yang sibuk menanam benih karma baik.
Ada orang yang sibuk menjilat bokong Tuhan, dengan harapan Tuhan akan tersanjung.
Sementara itu, ada orang yang sibuk meluhurkan sifat kemanusiaan dirinya dan bersikap humanis demi memuliakan sang pencipta.
Demikian beragamnya karakter seorang manusia.
Demikian beragamnya tujuan hidup seorang umat manusia.
Semua adalah pilihan hidup kita sendiri.
Kita selalu dapat memilih untuk menjadi orang jahat,
Atau kita dapat memilih untuk menjadi orang yang baik,
Dengan konsekuensinya masing-masing.
Yang memilih bersikap buruk,
Maka adalah patut bila dirinya menderita ketika harus memetik buah karma buruk.
Yang memilih untuk bersikap baik,
Kita tidak dapat merasa iri terhadap dirinya ketika memetik manisnya buah karma baik.
Hidup adalah sebuah pilihan.
Bila hidup bukanlah perihal pilihan,
Maka tidak akan mungkin manusia demikian beragam.


© Hak Cipta HERY SHIETRA.